BAB
I
PENDAHULUAN
Seorang
inu hamil membutuhkan informasi tentang kehamilannya itu baik ibu yang
mengandung dan janin yang ada dalam kandungannya. Maka perlunya pengawasan dan
pendidikan yang diberikan oleh seorang petugas kesehatan kepada ibu hamil.
Petugas kesehatan ini kemudian dijadikan sebuah program yang disebut Antenatal
Care. Program ini sebuah program untuk
menharahkan dan memberikan informasi tentang hal-hal yang harus
dilakukan seorang ibu agar janinnya tetap sehat dan terjadi kelahiran normal
bagi bayi.
Pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu tahapan penting
menuju kehamilan yang sehat. Boleh dikatakan pemeriksaan
kehamilan merupakan hal yang wajib dilakukan oleh para ibu hamil. Pemeriksaan
kehamilan dapat dilakukan melalui dokter kandungan atau bidan dengan minimal pemeriksaan 3 kali
selama kehamilan yaitu pada usia kehamilan trimester pertama, trimester kedua
dan pada kehamilan trimester ke tiga, itupun jika kehamilan normal. Namun ada
baiknya pemeriksaan kehamilan dilakukan sebulan sekali hingga usia 6 bulan,
sebulan dua kali pada usia 7 - 8 bulan dan seminggu sekali ketika usia
kandungan menginjak 9 bulan.
Pemeriksaan kehamilan atau ante natal care (ANC)
sangat disarankan bagi para ibu hamil untuk memonitor kesehatan ibu dan janin
dalam kandungan. Pemeriksaan kehamilan adalah serangkaian pemeriksaan yang
dilakukan secara berkala dari awal kehamilan hingga proses persalinan untuk
memonitor kesehatan ibu dan janin agar tercapai kehamilan yang optimal.
Asuhan Antenatal Care meliputi pengawasan terhadap kehamilan untuk
mendapatkan informasi kesehatan umum ibu, menegakkan secara dini penyakit yang
menyakit kehamilan, menegakkan secara dini komplikasi kehamilan dan menetapkan
resiko kehamilan (resiko tinggi, resiko meragukan, resiko rendah).
(Manuaba, 2008).
Menurut
World health organizations (WHO) tahun 2008, menyatakan bahwa masih tingginya
mortalitas dan morbilitas pada ibu hamil dan bersalin adalah masalah besar di
negara berkembang. di Negara miskin berkisar 25 – 30% kematian usia subur
disebabkan oleh hal yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan.
Kehamilan
adalah rangkaian peristiwa yang baru terjadi bila ovum dibuahi dan pembuahan
ovum akhirnya berkembang sampai menjadi fetus yang aterm (Guyton, 1997).
Sementara menurut manuaba (2005), kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan
janin intrauterine mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan
persalinan. menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa
dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi (sarwono, 2008).
1.2
Rumusan
Masalah
Dari pembahasan
ini kita bisa menarik sebuah rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang
dimaksud dengan antenatal care?
2. Apakah tujuan
program antenatal care?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Antenatal Care (ANC)
Antenatal Care
(ANC) adalah pemeriksaan kehamilan yang diberikan oleh bidan atau dokter kepada ibu selama masa kehamilan untuk
mengoptimalisasikan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu
menghadapi persalinan, nifas, persiapan memberikan ASI, dan kembalinya
kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 1998). Juga mengetahui kesehatan umum ibu, menegakan
secara dini penyakit yang menyertai kehamilan, menegakan secara dini komplikasi
kehamilan, dan menetapkan resiko kehamilan (Manuaba, 2009).
2.2Tujuan
Antenatal Care (ANC)
1. Membantu
kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.
2. Meningkatkan
dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, sosial ibu dan bayi.
3. Mengenali
secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama
ibu hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan, dan pembedahan.
4. Mempersiapkan
persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun bayinya dengan
trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan
ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.
6. Mempersiapkan
peranan ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bagi bayi.
7. Mengenal dan
menangani sedini mungkin penyulit yang terdapat saat kehamilan, saat
persalinan, dan kala nifas.
8. Mengenal dan
menangani penyakit yang menyertai hamil, persalinan, dan kala nifas.
9. Memberikan
nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, kala nifas,
laktasi, dan aspek keluarga berencana.
10. Menurunkan
angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal. (Manuaba, I.B.G, 1998)
2.3
Manfaat Antenatal Care (ANC)
Manfaat pemeriksaan kehamilan secara dini adalah untuk
memperoleh gambaran dasar mengenai perubahan fisiologik yang terjadi selama
kehamilan dan berbagai kelainan yang menyertai kehamilan secara dini, sehingga
dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-langkah dalam pertolongan
persalinannya (Manuaba, 2009). Pemeriksaan antenatal
juga memberikan manfaat bagi ibu dan janin, antara lain:
1) Bagi ibu
a. Mengurangi dan menegakkan secara dini komplikasi kehamilan dan mengobati secara dini komplikasi yang mempengaruhi kehamilan.
b. Mempertahankan dan meningkatkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil dalam menghadapi persalinan.
c. Meningkatkan kesehatan ibu setelah persalinan dan untuk dapat memberikan ASI.
d. Memberikan konseling dalam memilih metode kontrasepsi (Manuaba, 1999).
2) Bagi janin
Manfaat untuk janin adalah memelihara kesehatan ibu sehingga mengurangi persalinan prematur, BBLR, juga meningkatkan kesehatan bayi sebagai titik awal kualitas suber daya manusia (Manuaba, 1999).
a. Mengurangi dan menegakkan secara dini komplikasi kehamilan dan mengobati secara dini komplikasi yang mempengaruhi kehamilan.
b. Mempertahankan dan meningkatkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil dalam menghadapi persalinan.
c. Meningkatkan kesehatan ibu setelah persalinan dan untuk dapat memberikan ASI.
d. Memberikan konseling dalam memilih metode kontrasepsi (Manuaba, 1999).
2) Bagi janin
Manfaat untuk janin adalah memelihara kesehatan ibu sehingga mengurangi persalinan prematur, BBLR, juga meningkatkan kesehatan bayi sebagai titik awal kualitas suber daya manusia (Manuaba, 1999).
2.4
Kebijakan Antenatal Care (ANC)
1) Kebijakan Program
Kunjungan
antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit empat kali selama kehamilan. Yaitu
:
a) Satu kali
pada triwulan pertama
b) Satu kali pada triwulan kedua
c) Dua kali pada triwulan ketiga
d. Standar Pelayanan ANC
2.5Standar Antenatal Care
1) Identifikasi Ibu Hamil
Bidan
melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala
untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami, anggota keluarganya agar
mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur.
2) Pemeriksaan dan Pemantauan
Antenatal
Bidan
memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi
anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah
perkembangan berlangsung normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan resiko
tinggi atau kelainan, khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS / infeksi
HIV, memberikan pelayanan iminusasi, nasehat dan penyuluhan kesehatan serta
tugas terkait lainnya yang diberikan oleh puskesmas. Mereka harus mencatat data
yang tepat pada setiap kunjungan. Bila ditemukan kelainan, mereka harus mampu
mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk tindakan selanjutnya.
3) Palpasi Abdominal
Bidan melakukan
pemeriksaan abdominal secara seksama dan melakukan palpasi untuk memperkirakan
usia kehamilan, serta bila kehamilan bertambah memeriksa posisi, bagian
terendah janin dan masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari
kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.
4) Pengelolaan Anemia pada Kehamilan
Bidan
melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan dan atau rujukan semua
kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5) Pengelolaan Dini Hipertensi pada
Kehamilan
Bidan
menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan
mengenali tanda serta gejala pre eklampsia lainnya, serta mengambil tindakan
yang tepat serta merujuknya.
6) Persiapan
Persalinan
Bidan
memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarganya pada
trimester ketiga, untuk memastikan bahwa persiapan persalinan yang bersih dan
aman serta suasana yang menyenangkan akan direncanakan dengan baik, disamping
persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan
gawat darurat. Bidan hendaknya melakukan kunjungan rumah untuk hal ini.
(Standar Pelayanan Kebidanan. DepKes RI. 2000).
7. Frekwensi
Antenatal Care
Kunjungan
ibu hamil adalah kontak antara ibu hamil dan petugas kesehatan yang memberi pelayanan
antenatal untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Menurut Dep Kes RI (2003)
dalam pelaksanaan ANC terdapat kesepakatan adanya standar adanya minimal yaitu
dengan pemeriksaan ANC 4 kali selama kehamilan sebagai berikut : 1). Minimal
satu kali pada trimester I ( 0-13 minggu) 2). Minimal satu kali pada trimester
II (14-28minggu) 3). Minimal dua kali pada trimester III (29-36 minggu).
8. Cakupan
Antenatal Care
Cakupan
pelayanan Antenatal care dapat di pantau melalui kunjungan baru ibu hamil
kunjungan pertama (K1) atau disebut juga akses dan pelayanan ibu hamil sesuai
standar paling sedikit empat kali dengan distribusi sekali pada triwulan
pertama, sekali triwulan kedua, dan dua kali pada triwulan ketiga dan keempat
untuk melihat kwalitas. Cakupan kunjungan ibu hamil keempat (K4) adalah cakupan
ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal care 4 kali sesuai standar
disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Pemerintah menetapkan cakupan
ANC > 95% (Peranginangin, 2006).
9. Pelayanan
Anatenatal Care
Menurut Ari,
(2009) bahwa dalam penerapan praktek sering dipakai standart minimal pelayanan
antenatal care yang disebut 7T yaitu: (Timbang) berat badan dan tinggi badan,
Ukur (Tekanan) darah. Ukur (Tinggi) fundus uteri, Pemberian imunisasi TT lengkap,
Pemberian Tablet zat besi minimum 90 tablet selama hamil, Tes terhadap penyakit
seksual menular, Temu wicara dan konseling dalam rangka rujukan.
10. Pelaksanaan
Antenatal Care
Menurut
Kusmiyati, Wahyuningsi,& Sujiyatini (2008) bahwa pemeriksaan yang sering
dilakukan dirumah sakit atau puskesmas yaitu:
a.
Inspeksi
- Muka : adalah kloasma gravidarum, keadaan selaput
mata pucat atau merah, udem, lidah dan gigi.
- Leher: apakah ada bendungan vena di leher,
kelenjar gondok membesar atau kelenjar limfe membengkak.
- Dada : bentuk buah dada, pigmentasi putting susu
dan gelanggang susu, keadaan putting susu, kolustrum.
- Perut : Perut membesar ke depan atau ke samping,
keadaan pusat, pigmentasi linea alba, nampakkah gerakan anak atau
kontraksi rahim, adakah striae gravidarum atau bekas luka
- Vulva : keadaan perineum, varises, tanda
Chadwick, kondylomata, fluor.
- Anggota bawah : adalah varises, edema, luka dan
sikatris pada lipatan paha
b.
Palpasi
- Untuk menentukan besarnya rahim,
konsistensinya
- Bagian-bagian janin, letak, presentasi
- Gerakan janin
Cara palpasi menurut Leopold
(Prawiroharjo & Wiknjosastro, 2005) yaitu:
- Leopold I Tujuan untuk menentukan tinggi fundud
uteri dan untuk menemukan - presentasi dengan cara mengidentifikasi bagian
tubuh fetus apa yang berada di fundus.
- Leopold II Tujuan untuk menentukan batas samping
rahim kiri-kanan dan untuk menentukan letak punggung janin dan letak
bagian-bagian kecil.

- Leopold III Tujuan untuk menentukan bagian
terbawah sudah atau belum terpegang pada pintu atas panggul.
Caranya : Tekan dengan
ibu jari dan jari tengah pada salah satu tangan secara lembut dan masuk kedalam
abdomen pasien diatas simpisis pubis.
4. Kemudian
peganglah begian presentasi bayi, lalu bagian apakah yang menjadi presentasi tersebut.
(Hidayat, A.Aziz Alimul, 2008).
Caranya :
a. Letakkan kedua
tangan disis bawah uterus lalu
b. Tekan kedalam
dan gerakkan jari-jari kearah romgga panggul, dimanakah tonjolan sefalik dan
apakah bagian presentasi telah masuk .
5. Pemeriksaan
ini dilakukan bila kepala masih tinggi, pemeriksaan leopold lengkap dapat
dilakukan bila janin cukup besar, kira-kira bulan ke VI le atas. (Hidayat, A.Aziz Alimul, 2008)
- Leopold IV Tujuan untuk menentukan bagian
terbawah janin apa dan berapa jauh janin sudah masuk pintu atas panggul.
c. Auskultasi
Uliyah dan
Hidayat (2008) mengindikasikan bahwa auskultasi dilakukan menggunakan stetoskop
monoaural untuk mendengarkan:
1.
Denyut jantung janin
2.
Bising tali pusat, bising rahim,
bising usus
3.
Gerakan dan tendangan janin

1.
Timbang berat badan
Selama kehamilan antara 0,3 – 0,5 kg per minggu. Bila dikaitkan dengan umur kehamilan kenaikan berat badan selama hamil muda ± 1 kg, selanjutnya pada trimester II dan III masing – masing bertambah 5 kg. Pada akhir kehamilan pertambahan berat total adalah 9 – 12 kg. Bila ada kenaikan berat badan yang berlebihan perlu dipikirkan kearah adanya resiko seperti bengkak, kehamilan kembar, hidramnion, dan anak besar (Depkes, 1997).
Selama kehamilan antara 0,3 – 0,5 kg per minggu. Bila dikaitkan dengan umur kehamilan kenaikan berat badan selama hamil muda ± 1 kg, selanjutnya pada trimester II dan III masing – masing bertambah 5 kg. Pada akhir kehamilan pertambahan berat total adalah 9 – 12 kg. Bila ada kenaikan berat badan yang berlebihan perlu dipikirkan kearah adanya resiko seperti bengkak, kehamilan kembar, hidramnion, dan anak besar (Depkes, 1997).
2.
Ukur tekanan darah
Selama hamil tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih dari 140/90 mmHg. Bila tekanan darah meningkat, yaitu sistolik 30 mmHg atau lebih dan atau diastolik 15 mmHg atau lebih. Kelainan ini dapat berlanjut menjadi preeklamsia dan eklamsia kalau tidak ditangani dengan tepat (Depkes, 1997).
Selama hamil tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih dari 140/90 mmHg. Bila tekanan darah meningkat, yaitu sistolik 30 mmHg atau lebih dan atau diastolik 15 mmHg atau lebih. Kelainan ini dapat berlanjut menjadi preeklamsia dan eklamsia kalau tidak ditangani dengan tepat (Depkes, 1997).
3.
Ukur tinggi fundus uteri
Ukuran tinggi fundus uteri normal adalah sebagai berikut:
12 Minggu : Tinggi fundus uteri 1 – 2 jari diatas symphysis.
16 Minggu : Tinggi fundus uteri pertengahan antara symphysis–pusat.
20 Minggu : Tinggi fundus uteri 3 jari dibawah pusat.
24 Minggu : Tinggi fundus uteri setinggi pusat.
28 Minggu : Tinggi fundus uteri 3 jari diatas pusat.
32 Minggu : Tinggi fundus uteri pertengahan pusat-Proc.xyphoideus.
36 Minggu : Tinggi fundus uteri 3 jari dibawah Proc.xyphoideus.
40 Minggu : Tinggi fundus uteri pertengahan antara Proc.xyphoideus-pusat (Mochtar, 1998).

Ukuran tinggi fundus uteri normal adalah sebagai berikut:
12 Minggu : Tinggi fundus uteri 1 – 2 jari diatas symphysis.
16 Minggu : Tinggi fundus uteri pertengahan antara symphysis–pusat.
20 Minggu : Tinggi fundus uteri 3 jari dibawah pusat.
24 Minggu : Tinggi fundus uteri setinggi pusat.
28 Minggu : Tinggi fundus uteri 3 jari diatas pusat.
32 Minggu : Tinggi fundus uteri pertengahan pusat-Proc.xyphoideus.
36 Minggu : Tinggi fundus uteri 3 jari dibawah Proc.xyphoideus.
40 Minggu : Tinggi fundus uteri pertengahan antara Proc.xyphoideus-pusat (Mochtar, 1998).
4.
Pemberian imunisasi TT
Pemberian TT baru akan menimbulkan efek perlindungan apabila diberikan sekurang-kurangnya dua kali dengan interval minimal 4 minggu. Kecuali jika sebelumnya ibu pernah mendapat TT dua kali pada kehamilan yang lalu atau pada masa calon pengantin maka TT cukup diberikan satu kali saja. Dosis pemberian imunisasi TT yaitu 0,5 cc IM pada lengan atas. Adapun syarat pemberian imunisasi TT adalah sebagai berikut :
a) Bila ibu belum pernah mendapat imunisasi TT atau meragukan diberikan II sedini mungkin sebanyak dua kali dengan jarak minimal dua minggu.
b) Bila ibu pernah mendapat imunisasi TT dua kali, diberikan suntikan ulang/boster satu kai pada kunjungan antenatal yang pertama (Depkes RI, 1997).
Pemberian TT baru akan menimbulkan efek perlindungan apabila diberikan sekurang-kurangnya dua kali dengan interval minimal 4 minggu. Kecuali jika sebelumnya ibu pernah mendapat TT dua kali pada kehamilan yang lalu atau pada masa calon pengantin maka TT cukup diberikan satu kali saja. Dosis pemberian imunisasi TT yaitu 0,5 cc IM pada lengan atas. Adapun syarat pemberian imunisasi TT adalah sebagai berikut :
a) Bila ibu belum pernah mendapat imunisasi TT atau meragukan diberikan II sedini mungkin sebanyak dua kali dengan jarak minimal dua minggu.
b) Bila ibu pernah mendapat imunisasi TT dua kali, diberikan suntikan ulang/boster satu kai pada kunjungan antenatal yang pertama (Depkes RI, 1997).
5.
Pemberian tablet zat besi
Pada dasarnya pemberian tablet zat besi dimulai dengan pemberian satu tablet sehari sesegera mungkin setelah rasa mual hilang.
Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 500 ug, minimal 90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak diminum bersama kopi atau teh karena akan mengganggu penyerapan (Saifuddin, 2002). Sebaiknya tablet besi diminum bersama air putih ataupun air jeruk. Selain itu perlu diberitahukan juga bahwa ada kemungkinan tinja menjadi berwarna hitam setelah ibu minum obat ini, hal tersebut adalah normal (Depkes, 1997).
Pada dasarnya pemberian tablet zat besi dimulai dengan pemberian satu tablet sehari sesegera mungkin setelah rasa mual hilang.
Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 500 ug, minimal 90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak diminum bersama kopi atau teh karena akan mengganggu penyerapan (Saifuddin, 2002). Sebaiknya tablet besi diminum bersama air putih ataupun air jeruk. Selain itu perlu diberitahukan juga bahwa ada kemungkinan tinja menjadi berwarna hitam setelah ibu minum obat ini, hal tersebut adalah normal (Depkes, 1997).
6.
Tes terhadap penyakit menular seksual.
Selama kehamilan, ibu perlu dilakukan tes terhadap penyakit menular seksual seperti HIV/AIDS, Gonorrhoe, Siphilis. Hal tersebut dikarenakan sangat berpengaruh pada janin yang dikandungnya. Apabila ditemukan penyakit – penyakit menular seksual harus segera ditangani.
Selama kehamilan, ibu perlu dilakukan tes terhadap penyakit menular seksual seperti HIV/AIDS, Gonorrhoe, Siphilis. Hal tersebut dikarenakan sangat berpengaruh pada janin yang dikandungnya. Apabila ditemukan penyakit – penyakit menular seksual harus segera ditangani.
7.
Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
Persiapan rujukan perlu disiapkan karena kematian ibu dan bayi disebabkan keterlambatan dalam mencapai fasilitas pelayanan kesehatan (Saifuddin, 2002). Perlu diingat juga bahwa pelayanan antenatal hanya dapat diberikan oleh tenaga kesehatan profesional dan tidak dapat dilakukan oleh dukun bayi.
Persiapan rujukan perlu disiapkan karena kematian ibu dan bayi disebabkan keterlambatan dalam mencapai fasilitas pelayanan kesehatan (Saifuddin, 2002). Perlu diingat juga bahwa pelayanan antenatal hanya dapat diberikan oleh tenaga kesehatan profesional dan tidak dapat dilakukan oleh dukun bayi.

1. Informasi yang dapat diberikan
- Kegiatan fisik dapat dilakukan dalam batas
normal.
- Kebersihan pribadi khususnya daerah genitalia
harus lebih dijaga karena selama kehamilan terjadi peningkatan sekret
vagina.
- Pemilihan makanan sebaiknya yang bergizi dan
tinggi serat.
- Pemakian obat harus dikonsultasikan dahulu dengan
dokter atau tenaga medis lainnya.
- Wanita perokok atau peminum alkohol harus
menghentikan kebiasaannya. Suami perlu diberi pengertian tentang keadaan
istrinya yang sedang hamil.
2. Anamnesis
- Pada wanita dengan haid terlambat dan diduga
hamil. Ditanyakan hari pertama haid terakhir (HPHT). Taksiran partus dapat
ditentukan bila HPHT diketahui dan siklus haidnya teratur + 28 hari dengan
menggunakan rumus Naegele.
- Bila ibu lupa HPHT, tanyakan tentang hal lain
seperti gerakan janin. Untuk primigravida gerakan janin terasa pada
kehamilan 18 minggu, sedangkan multigravida 16 minggu. Nausea biasanya
hilang pada kehamilannya 12-14 mingggu.
- Tanyakan riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas
sebelumnya serta berat bayi yang pernah dilahirkan. Demikian pula riwayat
penyakit yang pernah diderita seperti penyakit jantung, paru, ginjal,
diabetes melitus. Selain itu ditanyakan riwayat menstruasi, kesehatan,
keluarga, sosial, obstetri, kontrasepsi, dan faktor risiko yang mungkin
ada pada ibu
3. Pemeriksaan umum
- Pada ibu hamil yang datang pertama kali lakukan
penilaian keadaan umum, status gizi dan tanda vital. Pada mata dinilai ada
tidaknya konjungtiva pucat, sklera ikterik, edema kelopak mata, dan
kloasma gravidarum. Periksa gigi untuk melihat adanya infeksi lokal.
Periksa pula jantung, paru, mammae, abdomen, anggota gerak secara lengkap.
4. Pemeriksaan Obstetri
- Terdiri dari pemeriksaan luar dan pemeriksaan
dalam. Sebelum pemeriksaan kosongkan kandung kemih. Kemudian ibu diminta
berbaring terlentang dan pemeriksaan dilakukan di sisi kanan ibu.
5. Pemeriksaan luar
- Lihat apakah uterus berkontraksi atau tidak. Bila
berkontraksi, harus ditunggu sampai dinding perut lemas agar dapat
diperiksa dengan teliti. Agar tidak terjadi kontraksi dinding perut akibat
perbedaan suhu dengan tangan pemeriksa, sebelum palpasi kedua tangan
pemeriksa digosokkan dahulu.
- Cara pemeriksaan yang umum digunakan cara Leopold
yang dibagi dalam 4 tahap. Pada pemeriksaan Leopold I, II, dan III
pemeriksa menghadap ke arah muka ibu, sedangkan pada Leopold IV ke arah kaki.
Pemeriksaan Leopold I untuk menentukan tinggi fundus uteri, sehingga usia
kehamilan dapat diketahui. Selain secara anatomi, tinggi fundus uteri
dapat ditentukan dengan pita pengukur. Bandingkan usia kehamilan yang
didapat dengan hari pertama haid terakhir. Selain itu, tentukan pula
bagian janin pada fundus uteri: Kepala teraba sebagai benda keras dan
bulat, sedangkan bokong lunak dan tidak bulat.
- Dengan pemeriksaan Leopold II ditentukan batas
samping uterus dan posisi punggung pada bayi letak memanjang. Pada letak
lintang ditentukan kepala. Pemeriksaan Leopold III menentukan bagian janin
yang berada di bawah.
- Leopold IV selain menentukan bagian janin yang
berada di bawah, juga bagian kepala yang telah masuk pintu atas panggul
(PAP). Bila kepala belum masuk PAP teraba balotemen kepala.
- Dengarkan DJJ pada daerah punggung janin dengan
stetoskop monoaural atau doppler. Dengan stetoskop monoaural BJJ terdengar
pada kehamilan 18-20 minggu, sedangkan dengan Doppler terdengar pada
kehamilan 12 minggu.
- Dari pemeriksaan luar diperoleh data berupa usia
kehamilan, letak janin, persentase janin, kondisi janin, serta taksiran
berat janin.
- Taksiran berat janin ditentukan berdasarkan rumus
Johnson Toshack. Perhitungan penting sebagai pertimbangan memutuskan
rencana persalinan pervaginam secara spontan. Rumus tersebut:
- Taksiran Berat Janin (TBJ) = (Tinggi fundus uteri
(dalam cm) – N) X 155.
- N = 13 bila kepala belum melewati PAP
- N = 12 bila kepala masih berada di atas spina
iskiadika
- N = 11 bila kepala masih berada di bawah spina
iskiadika.
6. Pemeriksaan dalam
- Siapkan ibu dalam posisi-litotomi lalu bersihkan
daerah vulva dan perineum dengan larutan antiseptik. Inspeksi vulva dan
vagina apakah terdapat luka, varises, radang, atau tumor. Selanjutnya
lakukan pemeriksaan inspekulo. Lihat ukuran dan warna porsio, dinding, dan
sekret vagina. Lakukan pemeriksaan colok vagina dengan memasukan telunjuk
dan jari tengah. Raba adanya tumor atau pembesaran kelenjar di liang
vagina. Periksa adanya massa di adneksa dan parametrium. Perhatikan letak,
bentuk, dan ukuran uterus serta periksa konsistensi, arah, panjang,
porsio, dan pembukaan servik. Pemeriksaan dalam ini harus dilakukan dengan
cara palpasi bimanual.
- Ukuran uterus wanita yang tidak hamil kira-kira
sebesar telur ayam. Pada kehamilan 8 minggu sebesar telur bebek, 12 minggu
sebesar telur angsa, dan 16 minggu sebesar kepala bayi atau tinju orang
dewasa.
7. Pemeriksaan panggul
- Lakukan penilaian akomodasi panggul bila usia
kehamilan 36 minggu karena jaringan dalam rongga panggul lebih lunak,
sehingga tidak menimbulkan rasa sakit. Masukkan telunjuk dan jari tengah
ke dalam liang vagina. Arahkan ujung kedua jari ke promontorium, coba
untuk merabanya. Bila teraba, tentukan panjang konjugata diagonalis.
Dengan ujung jari menelusuri linea inominata kiri dan kanan sejauh
mungkin, tentukan bagian yang teraba. Raba lengkung sakrum dan tentukan
apakah spina iskiadika kiri dan kanan menonjol ke dalam. Raba dinding
pelvik, apakah luruh atau konvergen ke bawah dan tentukan panjang
distansia interspinarum. Arahkan bagian palmar jari-jari tangan ke dalam
simfisis dan tentukan besar sudut yang dibentuk antara os pubis kiri dan
kanan.
8. Pemeriksaan laboratorium
- Pada kunjungan pertama diperiksa kadar hemoglobin
darah, hematokrit, dan hitung leukosit. Dari urin diperiksa beta-hCG,
protein, dan glukosa.
2.6 Dampak Ibu tidak Antenatal Care (ANC)
1. Meningkatnya
angka mortalitas dan morbilitas ibu
2. Tidak
terdeteksinya kelainan-kelainan kehamilan.
3. Kelainan
fisik yang terjadi pada saat persalinan tidak dapat dideteksi secara dini.
2.7 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KONTAK IBU HAMIL DENGAN TENAGA KESEHATAN (K1)
(Depkes RI, 2008) (kontak ibu hamil
diartikan sebagai kepatuhan dalam pelaksanaan antenatal care)
1.Faktor
internal
a. Paritas
Ibu yang
pernah melahirkan mempunyai pengalaman tentang ANC, sehingga dari pengalaman
yang terdahulu kembali dilakukan untuk menjaga kesehatan kehamilannya.
b. Usia
Semakin
cukup umur, tingkat kematangan seseorang akan lebih di percaya daripada orang
yang belum cukup tinggi kedewasaanya, jika kematangan usia seseorang cukup
tinggi maka pola berfikir seseorang akan lebih dewasa. Ibu yang mempunyai usia
produktif akan lebih berpikir secara rasional dan matang tentang pentingnya
melakukan pemeriksaan kehamilan.
2. Faktor eksternal
a. Pengetahuan
Ketidakmengertian
ibu dan keluarga terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan berdampak pada ibu
hamil tidak memeriksakan kehamilannya pada petugas kesehatan.
b. Sikap
Respon ibu
hamil tentang pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi keteraturatan ANC. Adanya sikap lebih baik tentang ANC ini
mencerminkan kepedulian ibu hamil terhadap kesehatan dirinya dan janin.
c. Ekonomi
Tingkat
ekonomi akan berpengaruh terhadap kesehatan, keluarga dengan tingkat ekonomi
yang rendah tidak mampu untuk menyediakan dana bagi pemeriksaan kehamilan,
masalah yang timbul pada keluarga dengan tingkat ekonomi rendah, yaitu ibu
hamil akan kekurangan energi dan protein (KEK). Hal ini disebabkan tidak
mampunya keluarga untuk menyediakan kebutuhan energi dan protein yang
dibutuhkan ibu selama kehamilan.
d. Sosial budaya
Keadaan
lingkungan keluarga yang tidak mendukung akan mempengaruhi ibu dalam
memeriksakan kehamilannya. Perilaku keluarga yang tidak mengijinkan seorang
wanita meninggalkan rumah untuk memeriksakan kehamilannya merupakan budaya yang
menghambat keteraturan kunjungan ibu hamil memeriksakan kehamilannya. Perubahan
sosial budaya terdiri dari nilai-nilai kebudayaan, norma, kebiasaan,
kelembagaan, dan hukum adat yang lazim dilakukan di suatu daerah. Apabila adat
ini tidak dilaksanakan akan terjadi kerancuan yang menimbulkan sanksi tak
tertulis oleh masyarakat setempat terhadap pelaku yang dianggap menyimpang.
- Tatanan budaya mempengaruhi dalam keputusan ibu
dalam memeriksakan kehamilan pada tenaga kesehatan.
e. Geografis
- Letak geografis sangat menentukan terhadap
pelayanan kesehatan, ditempat yang terpencil ibu hamil sulit memeriksakan
kehamilannya, hal ini karena transportasi yang sulit menjangkau sampai
tempat terpencil.
f. Informasi
- Informasi adalah keseluruhan makna, dapat
diartikan sebagai pemberitahuan seseorang, biasanya dilakukan oleh tenaga
kesehatan. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah kesadaran
masyarakat terhadap suatu inovasi yang berpengaruh terhadap perilaku,
biasanya melalui media massa (Saifudin, A, 2005). Ibu yang pernah
mendapatkan informasi tentang antenatal care dari tenaga kesehatan, media
massa, maupun media elektronik akan meningkatkan pengetahuan ibu hamil
tentang pentingnya melakukan antenatal care, sehingga ibu dapat teratur
dalam melakukan kunjungan antenatal care.
g. Dukungan
- Dalam kamus besar bahasa Indonesia yang berarti
sokongan dan bantuan, disini dukungan dalam penentuan sikap seseorang
berarti bantuan atau sokongan dari orang terdekat untuk melakukan
kunjungan ulang.
- Dukungan sosial suami yang sangat diharapkan oleh
sang istri antara lain suami mendambakan bayi dalam kandungan istri, suami
menunjukkan kebahagiaan pada kelahiran bayi, memperhatikan kesehatan
istri, mengantar dan memahami istrinya, tidak menyakiti istri, berdo’a
untuk keselamatan istri dan suami menunggu ketika istri dalam proses
persalinan (Harymawan, 2007).
Menurut Depkes RI (2010), pelayanan
antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan terlatih untuk
ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan
antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan. Pengertian
antenatal care adalah perawatan kehamilan. Pelayanan perawatan kehamilan
merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa
kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal care yang sudah
ditetapkan. Sedangkan tujuan pelaksanaan
![]() |
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kunjungan
Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedimi
mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan
antenatal. Pada setiap kunjungan antenatal care (ANC), petugas mengumpulkan dan
menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik
untuk mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterine, serta ada tidaknya masalah
atau komplikasi.
3.2 Saran
Di
harapkan kepada mahasiswa dapat melakukan asuhan kebidanan pada ibu yang hamil
normal dengan baik dan benar. Dan kepada ibu hamil lebih baik sering melakukan
pemeriksaan sedini mungkin agar mengetahui perkembangan janin yang dikandungnya
dan apa saja yang dibutuhkannya baik diri sendiri maupun janinnya
DAFTAR PUSTAKA
5.
http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/02/konsep-anc-ante-natal-care.html
7.
http://arivaibeta.blogspot.com/2010/10/makalah-antenatal-care.html
0 komentar:
Posting Komentar