BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar belakang
Pada
saat ini kesehatan ibu dan anak merupakan masalah yang sangat penting karena
merupakan tolak ukur derajat kesehatan sesuatu negara. Akselerasi pencapaian
visi indonesia sehat 2010 melalui pembangunan kesehatan.
Indikator
derajat kesehatan yang utama adalah menurunkan angka kematian ibu dan bayi,
salah satu penyebab kematian ibu secara langsung pada ibu hamil, bersalin dan
ibu nifas yaitu pre eklamsia yang merupakan urutan kedua setelah penyebab
perdarahan.
Pemeriksaan
antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-tanda dini
preeklampsia, walaupun timbulnya preeklampsia tidak dapat dicegah, deteksi dini
dapat ditemukan dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas asuhan
kebidanan agar mendapat penatalaksanaan yang lebih baik atau dapat mempertahankan
keadaan preeklampsia ringan, sehingga tidak menjadi preeklampsi berat atau
eklampsia.
Pada
saat melaksakan praktik klinik kebidanan (PKK 1) selama 1 bulan memperoleh data
bahwa jumlah ibu yang memeriksakan kehamilan 55 orang ibu hamil, jumlah normal
30 orang jumlah yang anemia berat 12 orang, jumlah yang naemia ringan 10 orang
dan jumlah yang mengalami preeklampsia ringan 3 orang.
Berdasakan
data tersebut maka penulis tertarik untuk mengambil kasus dengan judul ”Asuhan
Kebidanan Pada Ibu Hamil Dengan Preeklamsia Ringan”.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Definisi
Preeklamsi adalah
penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, proteinuria dan edema yang timbul
karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke 3 pada
kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya misalnya pada mola hidatidosa (Ilmu
kebidanan, 2008).Preeklamsi adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil,
bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari hipertensi, proteinuria dan
edema, ibu tersebut tidak menunjukan tanda- tanda kelainan vascular atau
hipertensi sebelumnya (Muchtar R., 1998) .
Preeklamsi ringan adalah
timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan
edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan
(Ilmu Kebidanan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo, Fak UI Jakarta, 1998).
1.
Etiologi
Apa
yang mnjadi penyebab pre eklampsia sampai sekarang belum diketahui, ada
pendapat yeng menerangkan penyebab yang sering terjadi yaitu :
1.
Sebab bertambahnya
frekuensi pada primgraviditas, kehamilan ganda, hidramnion dan molahidatidosa.
2.
Bertambahnya frekuensi
dengan makin tuanya kehamilan
3.
Dapat terjadi perbaikan
keadaan penderita dengan kematian janin dan uterus.
4.
Timbulnya hipertensi, edema
proteinuria, kejang dan koma. Oleh karena itu tidak ada karakteristik tertentu yang
mengidentifikasikan wanita yang akan mengalami pre eklampsia, akan tetapi ada
beberapa faktor resiko yaitu primigravida, grande multi, kehamilan ganda dan
penyakit ginjal.
Preeklampsia
ringan bila disertai dengan keadaan sebagai berikut :
1.
Tekanan darah 140/90 mmHg
atau lebih yang diukur pada posisi berbaring telentang, atau kenaikan sistdik
30 mmHg atau lebih cara pengukuran sekurang-urangnnya pada 2 kali
pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.
2.
Edema umum, kaki, jari
tangan, dan muka : atau kehamilan berat badan 1 kg lebih atau lebih perminggu.
3.
Proteinuria kwantitatif 0,3
gram atau lebih perliter : kwalitatif 1 + atau 2 + pada urun kater atau
midstream.
Adanya
yang melaporkan angka kejadian sebanyak 6% seluruh kehamilan, dan 12% pada
kehamilan pimigravida. Menurut beberapa penulis dan frekuensi dilaporkan
sekitar 3-10%.
Lebih
banyak dijumpai pada primigravida dari pada multigravida, terutama primigravida
usia muda.
Faktor-faktor
predisposisi untuk terjadinya preeklamsia adalah molahida tidosa, diabetes
melitus, kehamilan ganda, hidrops fetalis, obetasi, dan umur yang lebih dari 35
tahum.
1.
Penanganan
Tujuan utama penanganan
ialah :
1.
Pencegahan terjadi pre-eklamsia berat dan eklamsia
2.
Melahirkan janin hidup
3.
Melahirkan janin dengan trauma sekecil kecilnya.
Pada dasarnya penanganan
terdiri dari penanganan medik dan obstetrik. Penanganan obstetrik ditujukan
untuk melahirkan bayi pada saat yang optoimal yaitu sebvelum janin mati dalam
kandungan akan tetapi sudah cukup matur untuk hidup di luar uterus.
Pada umumnya indikasi
untuk merawat penderita pre-eklamsi di rumah sakit ialah :
1.
tekanan darah siscol 140 mmHg atau lebih dan atau tekanan darah
diastol 90 mmHg, protein +1 atau lebih.
2.
Kenaikan berat badan 1,5 Kg atau lebih dalam seminggu berulang
3.
Penambahan edema berlebihan tiba-tiba
Penanganan pre-eklamsia
ringan
Istirahat di tempat
tidur masih merupakan terapi untuk penanganan pre-eklamsia. Istirahat dengan
berbaring pada posisi tubuh menyebabkan pengaliran darah ke plasenta meningkat,
aliran darah ke ginjal juga elbih banyak. Tekanan pada ekstermitas bawah turun
dan resobsi aliran darah tersebut bertambah. Selain itu juga mengurangi
kebutuhan volume darah yang beredar. Oleh sebab itu, dengan istirahat biasanya
tekanan darah turun dan adema berkurang. Pemberian fenobarbital 3 x 30mg sehari
akan meningkatkan penderita dan dapat juga menurunkan tekanan darah.
Pada umunya pemberian
diuretik dan anti hipertensi pada pre-eklamsia ringan tidak dianjurkan karena
obat-obat tersebut tidak menghentikan proses penyakit dan juga tidak
memperbaiki prognosis janin. Selain itu, pemakaian obat-obatan tersebut dapat
menutupi tanda dan gejala pre-eklamsia berat.
Setelah keadaan normal,
penderita dibolehkan pulang, akan tetapi harus dipaksa lebih sering. Karena
biasanya hamil sudah tua, persalinan tidak lama lagi. Bila hipertensi menetap,
penderita tetap tinggal dirumah sakit. Bila keadaan janin mengizinkan, tunggu
dengan melakukan induksi persalinan,sampai persalinan cukup bulan atau > 37
minggu. Beberapa kasus pre-eklamsia ringan tidak membaik dengan penanganan
konservatif. Tekanan darah meningkat, retensi cairan dan proteinuria bertambah,
walaupun penderita istirahat dengan pengobatan medik. Dalam hal ini pengakhiran
kehamilan dilakukan walaupun janin masih prematur.
PREEKLAMSI BERAT
Konsep
Dasar
1.
Pengertian
Pre eklampsia merupakan gejala yang timbul pada ibu hamil,
bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias, hypertensi proteinuria
dan odema ibu tersebut tidak menunjukkan hipertensi sebelumnya. (Mochtar
Rustam, 1998 : 1999).
Pre eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang terjadi setelah kehamilan 20 minggu yang ditandai dengan tekanan darah + 160/110 mmHg, nedema, proteinuria 715 gram atau 24 jam atau secara kualitatif 4 1500 cc atau 24 jam disertai±+ oliguria, jumlah produksi urine benarkah kadar kreatin, gangguan unsur nyeri epigastrium hipererfleksia edema paru-paru dan sianosis (UPK Kebidanan, 1994 : 43).
Pre eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang terjadi setelah kehamilan 20 minggu yang ditandai dengan tekanan darah + 160/110 mmHg, nedema, proteinuria 715 gram atau 24 jam atau secara kualitatif 4 1500 cc atau 24 jam disertai±+ oliguria, jumlah produksi urine benarkah kadar kreatin, gangguan unsur nyeri epigastrium hipererfleksia edema paru-paru dan sianosis (UPK Kebidanan, 1994 : 43).
Sectio caesarea adalah suatu cara pembedahan untuk melahirkan
janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus (Hanifa Wiknjasastro,
1997).
2.
Patofisiologi
3.
Penatalaksanaa
Pre Eklampsi Berat
Upaya pengobatan ditujukan untuk mencegah kejang, memulihkan organ
vital pada keadaan normal dan melahirkan bayi dengan trauma sekecil-kecilnya
pada ibu dan bayi. Segera rawat pasien dirumah sakit dan tempatkan dalam kamar
solasi dengan posisi tidur miring untuk meningkatkan filtrasi glumerolus.
Berikan MgSO4 dalam infus dekstrosa 5% dengan kecepatan 15-20 tetes/menit.
Dosis awal MgSO4 2 gr intravena dalam waktu 10 menit selanjutnya 2 gr/jam dalam
infus sampai tekanan darah stabil (140-50/90-100 mmHg).
Terapi anti hypertensi jika tekanan darah secara tiba-tiba
meningkat diatas 170 hingga 180 mmHg sistolik atau 110-120mmHg diastolik.
Kelahiran jika janin sudah aterm ada bukti gawat intra interna atau preeklamsia
atau bertambah buruk, kelahiran dianjurkan untuk kesehatan ibu dan janin, jika
persentasi janin memungkinkan apabila didapatkan mal presentasi janin gawat
atau induksi gagal maka dianjurkan tindakan pembedahan yang disebut sectio
caesare (Taber, Bensian MD, 1994 : 241).
Tujuan utama penanganan pre eklampsia berat adalah mencegah atau menghindari kelanjutan menjadi eklamsia, melahirkan janin hidup, trauma pada ibu dan janin seminimal mungkin. (Mochtar Rustam, 1998 : 202)
Tujuan utama penanganan pre eklampsia berat adalah mencegah atau menghindari kelanjutan menjadi eklamsia, melahirkan janin hidup, trauma pada ibu dan janin seminimal mungkin. (Mochtar Rustam, 1998 : 202)
Sectio caesare
1. 6 jam puasa. Pasien darurat yang ± Di ruang perawatan pasien dengan tidak dapat puasa, harus dipasang pipa
lambung (ukuran 18-20) dan dihisap sampai benar-benar kosong setelah kosong
berikan antasida (mangnesium trisilikat 20 ml) lalu pipa lambung di cabut,
kalau memungkinkan ada jeda waktu 30 menit antara antasida diberikan dan
anestesida dimulai.
2. Premedikasi yang harus diberikan adalah atropin. Bagi orang dewasa
untuk bedah elektif diberikan 0,5 mg 4 menit (im) sebelum anestesi untuk bedah
darurat diberikan 0,25 mg (im) dan 0,25 mg (iv) 5 menit sebelum anastesia
dimulai.
3. Di periksa ulang apakah sudah lengkap pemeriksaan yang diperlukan
seperti darah rutin, fungsi hati, fungsi ginjal, gula darah (untuk SC elektif),
untuk SC emergensy cukup pemeriksaan HB, HT, golongan darah.
4. Baju pasien diganti dengan baju khusus untuk dipakai keruang
tunggu operasi.
5. Pasang infus RL atau larutan NaCl 0,9 %.
6. Sebelum masuk ke kamar operasi diganti dengan baju / tutup badan
untuk di kamar operasi.
7. Baringkan pasien pada posisi tidur (pasang tensimeter atau
stetoskop pre cordial).
8. Dipasang folley kateter (lihat pedoman pemasangan folley kateter).
9.
Manifestasi Klinis
Diagnosis preeklamsia ditegakkan berdasarkan adanya dua dari tiga
gejala yaitu penambahan berat badan yang berlebihan, oedema, hipertensi, dan
proteinuria. Penambahan berat badan yang berlebihan bila terjadi kenaikan 1 kg
seminggu beberapa kali. Edema terlihat sebagai peningkatan ³berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka. Tekanan
darah 140/90 mmHg atau yang diukur
setelah pasien istirahat selama 30 menit. Tekanan diatolik pada trimester kedua
yang lebih dari 85 mmHg patut dicurigai sebagai akibat preeklamsia. Proteinuria
bila terdapat protein sebanyak 0,3 g/L dalam air kencing 24 jam atau
pemeriksaan 1 gr/L dalam urin³kualitatif menunjukkan + 1 atau 2, kadar protein yang dikeluarkan dengan jarak waktu 6 jam.
(Arief Mansjoer, 1999).
10. Pemeriksaan Penunjang
1. Urin : Protein, reduksi, bilirubin, sedimen urin.
2. Darah : Trombosit, ureum, kreatinin, SGOT, LDH, dan bilirubin.
3. USG.
4.
Komplikasi
Tergantung derajat preeklamsia atau eklamsianya. Yang termasuk
komplikasi antara lain atania uteri (Uterus Couvelaire), syndrom HELLP
(Hemolysis, elevated liver enzime, locx platelet count), ablasi retina, KID
(Koagulasi Intravaskular Diseminafa), gagal ginjal, perdarahan otak, edema
paru, decompensasi cordis, hingga syok dan kematian. Komplikasin pada janin
berhubungan dengan akut atau kronisnya insufiensi uteroplasenta, misalnya
pertumbuhan janin terhambat dan prematuritas.
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. 2001, Media
Aesculapius FKUI, Jakarta.
Sastra Winarta Sulaiman. Bagian Obstretri dan Ginekologi.
Obstretri Fisiologi. 1983. Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Bandung.
Irene. MB Abak, dkk. Maternity Nursing, edisi
Winkjo Sastro, Hanafiah. Ilmu Kebidanan. 1992 ,Jakarta
Manuaba, Ida Bagus Gede. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan.
Penerbit. Bukan Kedokteran. 1998, EGC, Jakarta.
JNPKKR-POGI. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. 2002, Jakarta.
PRE EKLAMSI DAN EKLAMSI
1.
Pengertian
Pre eklampsia adalah timbulnya hipertensi
disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Eklampsia adalah preeklampsia yang
disertai kejang dan/atau koma yang timbul bukan akibat kelainan neurologi (6)
Pre ekalmpsia adalah timbulnya hipertensi
disertai proteinuri dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Eklampsia adalah preeklamsi yang
disertai kejang dan/koma yang timbul bukan akibat kelainan neurology (7)
Menurut kamus saku kedokteran Dorland,
preeclampsia adalah toksemia pada kehamilan lanjut yang ditandai oleh hipertensi,edema, dan
proteinuria. Eklampsia adalah konvulsi dan koma, jarang koma saja, yang terjadi
pada wanita hamil atau dalam masa nifas dengan disertai hipertensi, edema dan atau proteinuria.
2.
Etiologi
Penyebab
eklampsi dan pre eklampsi sampai sekarang belum diketahui. Tetapi ada teori
yang dapat menjelaskan tentang penyebab eklampsi dan pre eklampsi yaitu :
1. Sebab bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion, dan mola hidatidosa.
3. Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian
janin dalam uterus.
5. Sebab timbulnya hipertensi, edema,
proteinuria, kejang dan koma
6.
Manifestasi klinik
Diagnosis
preeklampsia ditegakan berdasarkan adanya dua dari tiga gejala, yaitu
pemambahan berat badan yang berlebihan,edema, hipertensi, dan proteinuri.Penambahan berat badan yang berlebihan bila
terjadi kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali. Edema terlihat sebagai
peningkatan berat badan,pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka.Tekanan
darah > 140/90 mmHg atau tekenen sistolik meningkat > 30
mmHg atau tekanan diastolik > 15 mmHg yang di ukur setelah pasien
beristirahat selama 30 menit.
Tekanan diastolik pada trimester kedua yang
lebih dari 85 mmHg patut dicurigai sebagai bakat preeklampsia. Proteinuria
apabila terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam air kencing 24 jam atau
pemeriksaan kualitatif menunjukan +1 atau 2 ;atau kadar protein> 1g
/l dalam urin yang dikeluarkan dengan kateter atau porsi tengah, diambil
minimal 2 x dengan jarak waktu 6 jam.
Disebut preeklampsia berat bila ditemukan gejaka berikut :
1. Tekanan darah sistolik > 160
mmHg atau diastolik > 110 mmHg.
2. Proteinuria +> 5 g/24 jam
atau > 3 pada tes celup.
3. Sakit kepala hebat atau gangguan penglihatan.
4. Nyeri epigastrium dan ikterus.
5. Edema paru atau sianosis.
6. Trombositopenia dan
7. Pertumbuhan janin terhambat.
Diagnosis
eklampsia ditegakkan berdasarkan gejala-gajala preeklampsia disertai kejang
atau koma. Sedangkan, bila terdapat gejala preeklampsia berat dusertai salah
satu atau beberapa gejala dari nyeri kepala hebat , gangguan visus,
muntah-muntah, nyeri epigastrium dan keneikan tekanan darah yang progresif,
dikatakan pasien tersebut menderita impending preeklampsia. Impending
preeklampsia ditangani dengan kasus eklampsia.
8.
Patofisiologi
Patofisiologi preeklampsia-eklampsia
setidaknya berkaitan dengan perubahan fisiologi kehamilan. Adaptasi fisiologi normal pada kehamilan meliputi peningkatan volume plasma darah,
vasodilatasi, penurunan resistensi vaskular sistemik systemic vascular
resistance (SVR), peningkatan curah jantung, dan penurunan tekanan osmotik
koloid Pada
preeklampsia, volume plasma yang beredar menurun, sehingga terjadi
hemokonsentrasi dan peningkatan hematokrit maternal. Perubahan ini membuat perfusi organ maternal
menurun, termasuk perfusi ke unit janin-uteroplasenta. Vasospasme siklik lebih
lanjut menurunkan perfusi organ dengan menghancurkan sel-sel darah merah,
sehingga kapasitas oksigen maternal menurun. Vasopasme merupakan sebagian
mekanisme dasar tanda dan gejala yang menyertai preeklampsia. Vasopasme
merupakan akibat peningkatan sensitivitas terhadap tekanan darah, seperti
angiotensin II dan kemungkinan suatu ketidakseimbangan antara prostasiklin
prostagladin dan tromboksan A2. Peneliti telah menguji kemampuan aspirin (suatu
inhibitor prostagladin) untuk mengubah patofisiologi preeklampsia dengan
mengganggu produksi tromboksan. Investigasi pemakaian aspirin sebagai suatu
pengobatan profilaksis dalam mencegah preeklampsia dan rasio untung-rugi pada
ibu dan janin.
Selain kerusakan endotelil, vasospsme
arterial turut menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler. Keadaan ini
meningkatkan edema dan lebih lanjut menurunkan volume intravaskular,
mempredisposisi pasien yang mengalami preeklampsia mudah menderita edema paru.
Preeklampsia ialah suatu keadaan hiperdinamik dimana temuan khas hipertensi dan
proteinurea merupakan akibat hiperfungsi ginjal. Untuk mengendalikan sejumlah
besar darah yang berfungsi di ginjal, timbul reaksi vasospasme ginjal sebagai
suatu mekanisme protektif, tetapi hal ini akhirnya akan mengakibatkan
proteinuria dan hipertensi yang khas untuk preeklampsia. Hubungan sistem imun
dengan preeklampsia menunjukkan bahwa faktor-faktor imunologi memainkan peran
penting dalam perkembangan preeklampsia. keberadaan protein asing, plasenta atau
janin bisa membangkitkan respons imunologis lanjut.
9.
Klasifikasi Pre eklampsia
Pre eklampsia digolongkan ke dalam Pre
eklampsia ringan dan Pre eklampsia berat dengan gejala dan tanda sebagai
berikut:
1.
Pre eklampsia Ringan
1.
Tekanan darah sistole 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan interval pmeriksaan
6 jam.
2.
Tekanan darah diastole 90 atau kenaikan 15 mmHg dengan interval pmeriksaan
6 jam.
3.
Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu. Edema umum, kaki, jari tangan dan muka.
4.
Proteinuria 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif 1 sampai 2 pada
urin kateter atau urin aliran pertengahan.
5.
Pre
eklampsia Berat
Diagnosa PEB ditegakkan apabila pada kehamilan >20 minggu didapatkan satu/lebih gejala/tanda di
bawah ini:
1.
Tekanan darah 160/110 mmHg
1.
Ibu hamil dalam keadaan relaksasi (pengukuran tekanan darah minimal setelah
istirahat 10 menit).
2.
Ibu hamil tidak dalam keadaan his.
1.
Oigouria, urin kurang dari 500 cc/24 jam.
2.
Poteinuria 5 gr/liter atau lebih atau 4+ pada pemeriksaan secara
kuantitatif.
3.
Terdapat edema paru dan sianosis.
4.
Gangguan visus dan serebral.
5.
Keluhan subjektif
1.
Nyeri epigastrium
2.
Gangguan penglihatan
3.
Nyeri kepala
4.
Gangguan
pertumbuhan janin intrauteri.
5.
Pemeriksaan
trombosit (Manuaba, 1998)
6.
Pencegahan kejadian Pre eklampsia dan eklampsia
Pre eklampsia dan eklampsia merupakan
komplikasi kehamilan ynag berkelanjutan dengan penyebab yang sama. Oleh
karena itu, pencegahan atau diagnosis dini dapat mengurangi kejadian dan
menurunkan angka kesakitan dan kematian. Untuk mencegah kejadian Pre eklampsia
ringan dapat dilakukan nasehat tentang dan berkaitan dengan:
1.
Diet-makanan
Makanan
tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin dan rendah lemak. Kurangi
garam apabila berat badan bertambah atau edema. Makanan berorientasi pada empat
sehat lima sempurna. Untuk meningkatkan jumlah protein dengan tambahan satu
butir telur setiap hari.
2.
Cukup istirahat
Istirahat
yang cukup pada saat hamil semakin tua dalam arti bekerja seperlunya
disesuaikan dengan kemampuan. Lebih banyak duduk atau berbaring kearah kiri
sehingga aliran darah menuju plasenta tidak mengalami gangguan.
3.
Pengawasan antenatal (hamil)
Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak
janin dalam rahim segera datang ke tempat pemeriksaan. Keadaan yang memerlukan
perhatian:
1.
Uji kemungkinan Pre eklampsia:
1.
Pemeriksaan tekanan darah atau kenaikannya
2.
Pemeriksaan tinggi fundus uteri
3.
Pemeriksaan kenaikan berat badan atau edema
4.
Pemeriksaan protein dalam urin
5.
Kalau mungkin dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal, fungsi hati, gambaran
darah umum dan pemeriksaan retina mata.
6.
Penilaian
kondisi janin dalam rahim.
1.
Pemantauan tinggi fundus uteri
2.
Pemeriksaan janin: gerakan janin dalam rahim, denyut jantung janin,
pemantauan air ketuban
3.
Penanganan Pre eklampsia
1.
Penanganan Pre eklampsia Ringan
Penanganan
Pre eklampsia bertujuan untuk menghindari kelanjutan menjadi eklampsia dan
pertolongan kebidanan dengan melahirkan janin dalam keadaan optimal dan
bentuk pertolongan dengan trauma minimal. Jika pre-eklamsinya bersifat ringan,
penderita cukup menjalani tirah baring di rumah, tetapi harus memeriksakan diri
ke dokter setiap 2 hari. Jika perbaikan tidak segera terjadi, biasanya
penderita harus dirawat dan jika kelainan ini terus berlanjut, maka persalinan dilakukan sesegera mungkin.
Pada
Pre eklampsia ringan penanganan simptomatis dan berobat jalan dengan memberikan
:
1.
Sedativa ringan
2.
Obat penunjang
3.
Nasehat
1.
Lebih banyak istirahat baring penderita juga dianjurkan untuk berbaring
miring ke kiri sehingga tekanan terhadap vena besar di dalam perut yang membawa
darah ke jantung berkurang dan aliran darah menjadi lebih lancar.
2.
Segera datang memeriksakan diri, bila tedapat gejala sakit kepala, mata
kabur, edema mendadak atau berat badan naik. Pernafasan emakin sesak, nyeri ulu
hati, kesadaran makin berkurang, gerak janin berkurang, pengeluaran urin
berkurang.
4.
Jadwal pemeriksaan hamil dipercepat dan diperketat.
Petunjuk untuk segera memasukkan penderita ke
rumah sakit atau merujuk penderita :
1.
Bila tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih
2.
Protein dalam urin 1 plus atau lebih
3.
Kenaikan berat badan ½ kg atau lebih dalam seminggu
4.
Edema bertambah dengan mendadak
5.
Terdapat gejala dan keluhan subjektif.
Bila
keadaan ibu membaik dan tekanan darah dapat dipertahankan 140-150/90-100 mmHg,
tunggu persalinan sampai aterm sehingga ibu dapat berobat
jalan dan anjurkan memeriksakan diri tiap minggu. Kurangi dosis obat hingga
tercapai dosis optimal. Bila tekanan darah sukar dikendalikan, berikan
kombinasi obat. Tekanan darah tidak boleh lebih dari 120/80 mmHg. Tunggu
pengakhiran kehamilan sampai 40 minggu, kecuali terdapat pertumbuhan
terhambat, kelainan fungsi hepar/ginjal, dan peningkatan proteinuria. Pada kehamilan >37 minggu dengan serviks matang, lakukan induksi persalinan. Persalinan dapat dilakukan spontan atau dipercepat
dengan ekstraksi.
6.
Penanganan Pre eklampsia Berat
Penderita diusahakan agar :
1.
Terisolasi sehingga tidak mendapat rangsangan suara ataupun sinar.
2.
Dipasang infus glukosa 5%
3.
Dilakukan pemeriksaan:
1.
Pemeriksaan umum: pemeriksaan TTV tiap jam
2.
Pemeriksaan kebidanan: pemeriksaan denyut jantung janin tiap 30 menit,
pemeriksaan dalam (evaluasi pembukaan dan keadaan janin dalam rahim).
3.
Pemasangan dower kateter
4.
Evaluasi keseimbangan cairan
5.
Pemberian MgsO4 dosis awal 4 gr IV selama 4 menit
6.
Setelah keadaan Pre eklampsia berat dapat diatasi, pertimbangan mengakhiri kehamilan berdasarkan :
4.
Merujuk penderita ke rumah sakit untuk pengobatan yang adekuat.
Mengakhiri
kehamilan merupakan pengobatan utama untuk memutuskan kelanjutan
Pre eklampsia menjadi eklampsia.
1.
Tujuan Diet
1.
Mencapai dan mempertahankan status gizi normal
2.
Mencapai dan mempertahankan tekanan darah normal
3.
Mencapai keseimbangan nitrogen
4.
Menjaga agar penambahan berat badan tidak melebihi normal
5.
Mengurangi/mencegah timbulnya penyulit baru saat khamilan /setelah
melahirkan
6.
Syarat Diet
1.
Energi dan semua zat gizi cukup. Dalam keadaan berat, makanan diberikan
secara berangsur-angsur, sesuai dengan kemampuan pasien menerima makanan.
Penambahan energi tidak lebih dari 300 kkal dari makanan atau diet sebelum
hamil.
2.
Garam diberikan rendah sesuai dengan berat-ringannya retensi garam atau
air. Penambahan berat badan diusahakan < 3 kg/bulan atau di bawah 1
kg/minggu.
3.
Protein tinggi (1 ½ g/kg berat badan)
4.
Lemak sedang, sebagian berupa lemak tak jenuh tunggal dan lemak tak jenuh
ganda
5.
Vitamin cukup; vitamin C dan B6 diberikan sedikit lebih tinggi
6.
Mineral cukup terutama kalsium dan kalium
7.
Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan makan pasien
8.
Cairan diberikan 2500 ml sehari. Pada keadaan oliguria, cairan dibatasi dan
disesuaikan dengan cara yang keluar melalui urin, muntah, keringat, dan
pernafasan
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, F. Gary [et.al..]. 2005. Obstetri
Williams. Jakarta : EGC
Gray, Huon H [et.al..]. 2009. Kardiologi.
Jakarta : Penerbit Erlangga
Harrison . 1999. Prinsip – Prinsip Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta : EGC
Mansjoer A,et al. 2001. Kapita Selekta. Jakarta : Penerbit Media
Aesculapius FKUI
0 komentar:
Posting Komentar