RSS

PREEKLAMSI RINGAN & BERAT

BAB I
PENDAHULUAN

1.             Latar belakang
Pada saat ini kesehatan ibu dan anak merupakan masalah yang sangat penting karena merupakan tolak ukur derajat kesehatan sesuatu negara. Akselerasi pencapaian visi indonesia sehat 2010 melalui pembangunan kesehatan.
Indikator derajat kesehatan yang utama adalah menurunkan angka kematian ibu dan bayi, salah satu penyebab kematian ibu secara langsung pada ibu hamil, bersalin dan ibu nifas yaitu pre eklamsia yang merupakan urutan kedua setelah penyebab perdarahan.
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-tanda dini preeklampsia, walaupun timbulnya preeklampsia tidak dapat dicegah, deteksi dini dapat ditemukan dengan meningkatkan  kualitas dan kuantitas asuhan kebidanan agar mendapat penatalaksanaan yang lebih baik atau dapat mempertahankan keadaan preeklampsia ringan, sehingga tidak menjadi preeklampsi berat atau eklampsia.
Pada saat melaksakan praktik klinik kebidanan (PKK 1) selama 1 bulan memperoleh data bahwa jumlah ibu yang memeriksakan kehamilan 55 orang ibu hamil, jumlah normal 30 orang jumlah yang anemia berat 12 orang, jumlah yang naemia ringan 10 orang dan jumlah yang mengalami preeklampsia ringan 3 orang.
Berdasakan data tersebut maka penulis tertarik untuk mengambil kasus dengan judul ”Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dengan Preeklamsia Ringan”.



BAB II
PEMBAHASAN

1.             Definisi
Preeklamsi adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, proteinuria dan edema yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke 3 pada kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya misalnya pada mola hidatidosa (Ilmu kebidanan, 2008).Preeklamsi adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari hipertensi, proteinuria dan edema, ibu tersebut tidak menunjukan tanda- tanda kelainan vascular atau hipertensi sebelumnya (Muchtar R., 1998) .
Preeklamsi ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan  edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan (Ilmu Kebidanan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo, Fak UI Jakarta, 1998).
1.        Etiologi
Apa yang mnjadi penyebab pre eklampsia sampai sekarang belum diketahui,  ada pendapat yeng menerangkan penyebab yang sering terjadi yaitu :
1.         Sebab bertambahnya frekuensi pada primgraviditas, kehamilan ganda, hidramnion dan       molahidatidosa.
2.         Bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan
3.         Dapat terjadi perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dan uterus.
4.         Timbulnya hipertensi, edema proteinuria, kejang dan koma. Oleh karena itu tidak ada     karakteristik tertentu yang mengidentifikasikan wanita yang akan mengalami pre eklampsia, akan tetapi ada beberapa faktor resiko yaitu primigravida, grande multi, kehamilan ganda dan penyakit ginjal.
Preeklampsia ringan bila disertai dengan keadaan sebagai berikut :
1.         Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring telentang, atau kenaikan sistdik 30  mmHg atau lebih cara pengukuran sekurang-urangnnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.
2.         Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka : atau kehamilan berat badan 1 kg lebih atau lebih perminggu.
3.         Proteinuria kwantitatif 0,3 gram atau lebih perliter :  kwalitatif 1 + atau 2 + pada urun kater atau midstream.
Adanya yang melaporkan angka kejadian sebanyak 6% seluruh kehamilan, dan 12% pada kehamilan pimigravida. Menurut beberapa penulis dan frekuensi dilaporkan sekitar 3-10%.
Lebih banyak dijumpai pada primigravida dari pada multigravida, terutama primigravida usia muda.
Faktor-faktor predisposisi untuk terjadinya preeklamsia adalah molahida tidosa, diabetes melitus, kehamilan ganda, hidrops fetalis, obetasi, dan umur yang lebih dari 35 tahum.
1.        Penanganan
Tujuan utama penanganan ialah :
1.         Pencegahan terjadi pre-eklamsia berat dan eklamsia
2.         Melahirkan janin hidup
3.         Melahirkan janin dengan trauma sekecil kecilnya.
Pada dasarnya penanganan terdiri dari penanganan medik dan obstetrik. Penanganan obstetrik ditujukan untuk melahirkan bayi pada saat yang optoimal yaitu sebvelum janin mati dalam kandungan akan tetapi sudah cukup matur untuk hidup di luar uterus.
Pada umumnya indikasi untuk merawat penderita pre-eklamsi di rumah sakit ialah :
1.         tekanan darah siscol 140 mmHg atau lebih dan atau tekanan darah diastol 90 mmHg, protein +1 atau lebih.
2.         Kenaikan berat badan 1,5 Kg atau lebih dalam seminggu berulang
3.         Penambahan edema berlebihan tiba-tiba
Penanganan pre-eklamsia ringan
Istirahat di tempat tidur masih merupakan terapi untuk penanganan pre-eklamsia. Istirahat dengan berbaring pada posisi tubuh menyebabkan pengaliran darah ke plasenta meningkat, aliran darah ke ginjal juga elbih banyak. Tekanan pada ekstermitas bawah turun dan resobsi aliran darah tersebut bertambah. Selain itu juga mengurangi kebutuhan volume darah yang beredar. Oleh sebab itu, dengan istirahat biasanya tekanan darah turun dan adema berkurang. Pemberian fenobarbital 3 x 30mg sehari akan meningkatkan penderita dan dapat juga menurunkan tekanan darah.
Pada umunya pemberian diuretik dan anti hipertensi pada pre-eklamsia ringan tidak dianjurkan karena obat-obat tersebut tidak menghentikan proses penyakit dan juga tidak memperbaiki prognosis janin. Selain itu, pemakaian obat-obatan tersebut dapat menutupi tanda dan gejala pre-eklamsia berat.
Setelah keadaan normal, penderita dibolehkan pulang, akan tetapi harus dipaksa lebih sering. Karena biasanya hamil sudah tua, persalinan tidak lama lagi. Bila hipertensi menetap, penderita tetap tinggal dirumah sakit. Bila keadaan janin mengizinkan, tunggu dengan melakukan induksi persalinan,sampai persalinan cukup bulan atau > 37 minggu. Beberapa kasus pre-eklamsia ringan tidak membaik dengan penanganan konservatif. Tekanan darah meningkat, retensi cairan dan proteinuria bertambah, walaupun penderita istirahat dengan pengobatan medik. Dalam hal ini pengakhiran kehamilan dilakukan walaupun janin masih prematur.

  

PREEKLAMSI BERAT

Konsep Dasar
1.        Pengertian
Pre eklampsia merupakan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias, hypertensi proteinuria dan odema ibu tersebut tidak menunjukkan hipertensi sebelumnya. (Mochtar Rustam, 1998 : 1999).
Pre eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang terjadi setelah kehamilan 20 minggu yang ditandai dengan tekanan darah + 160/110 mmHg, nedema, proteinuria 715 gram atau 24 jam atau secara kualitatif 4  1500 cc atau 24 jam disertai
±+ oliguria, jumlah produksi urine  benarkah kadar kreatin, gangguan unsur nyeri epigastrium hipererfleksia edema paru-paru dan sianosis (UPK Kebidanan, 1994 : 43).
Sectio caesarea adalah suatu cara pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus (Hanifa Wiknjasastro, 1997).
2.        Patofisiologi
3.        Penatalaksanaa
Pre Eklampsi Berat
Upaya pengobatan ditujukan untuk mencegah kejang, memulihkan organ vital pada keadaan normal dan melahirkan bayi dengan trauma sekecil-kecilnya pada ibu dan bayi. Segera rawat pasien dirumah sakit dan tempatkan dalam kamar solasi dengan posisi tidur miring untuk meningkatkan filtrasi glumerolus. Berikan MgSO4 dalam infus dekstrosa 5% dengan kecepatan 15-20 tetes/menit. Dosis awal MgSO4 2 gr intravena dalam waktu 10 menit selanjutnya 2 gr/jam dalam infus sampai tekanan darah stabil (140-50/90-100 mmHg).
Terapi anti hypertensi jika tekanan darah secara tiba-tiba meningkat diatas 170 hingga 180 mmHg sistolik atau 110-120mmHg diastolik. Kelahiran jika janin sudah aterm ada bukti gawat intra interna atau preeklamsia atau bertambah buruk, kelahiran dianjurkan untuk kesehatan ibu dan janin, jika persentasi janin memungkinkan apabila didapatkan mal presentasi janin gawat atau induksi gagal maka dianjurkan tindakan pembedahan yang disebut sectio caesare (Taber, Bensian MD, 1994 : 241).
Tujuan utama penanganan pre eklampsia berat adalah mencegah atau menghindari kelanjutan menjadi eklamsia, melahirkan janin hidup, trauma pada ibu dan janin seminimal mungkin. (Mochtar Rustam, 1998 : 202)
Sectio caesare
1.    6 jam puasa. Pasien darurat yang ± Di ruang perawatan pasien dengan  tidak dapat puasa, harus dipasang pipa lambung (ukuran 18-20) dan dihisap sampai benar-benar kosong setelah kosong berikan antasida (mangnesium trisilikat 20 ml) lalu pipa lambung di cabut, kalau memungkinkan ada jeda waktu 30 menit antara antasida diberikan dan anestesida dimulai.
2.    Premedikasi yang harus diberikan adalah atropin. Bagi orang dewasa untuk bedah elektif diberikan 0,5 mg 4 menit (im) sebelum anestesi untuk bedah darurat diberikan 0,25 mg (im) dan 0,25 mg (iv) 5 menit sebelum anastesia dimulai.
3.    Di periksa ulang apakah sudah lengkap pemeriksaan yang diperlukan seperti darah rutin, fungsi hati, fungsi ginjal, gula darah (untuk SC elektif), untuk SC emergensy cukup pemeriksaan HB, HT, golongan darah.
4.    Baju pasien diganti dengan baju khusus untuk dipakai keruang tunggu operasi.
5.    Pasang infus RL atau larutan NaCl 0,9 %.
6.    Sebelum masuk ke kamar operasi diganti dengan baju / tutup badan untuk di kamar operasi.
7.    Baringkan pasien pada posisi tidur (pasang tensimeter atau stetoskop pre cordial).
8.    Dipasang folley kateter (lihat pedoman pemasangan folley kateter).
9.        Manifestasi Klinis
Diagnosis preeklamsia ditegakkan berdasarkan adanya dua dari tiga gejala yaitu penambahan berat badan yang berlebihan, oedema, hipertensi, dan proteinuria. Penambahan berat badan yang berlebihan bila terjadi kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali. Edema terlihat sebagai peningkatan ³berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka. Tekanan darah  140/90 mmHg atau yang diukur setelah pasien istirahat selama 30 menit. Tekanan diatolik pada trimester kedua yang lebih dari 85 mmHg patut dicurigai sebagai akibat preeklamsia. Proteinuria bila terdapat protein sebanyak 0,3 g/L dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan  1 gr/L dalam urin³kualitatif menunjukkan + 1 atau 2, kadar protein  yang dikeluarkan dengan jarak waktu 6 jam. (Arief Mansjoer, 1999).
10.    Pemeriksaan Penunjang
1.    Urin : Protein, reduksi, bilirubin, sedimen urin.
2.    Darah : Trombosit, ureum, kreatinin, SGOT, LDH, dan bilirubin.
3.    USG.
4.        Komplikasi
Tergantung derajat preeklamsia atau eklamsianya. Yang termasuk komplikasi antara lain atania uteri (Uterus Couvelaire), syndrom HELLP (Hemolysis, elevated liver enzime, locx platelet count), ablasi retina, KID (Koagulasi Intravaskular Diseminafa), gagal ginjal, perdarahan otak, edema paru, decompensasi cordis, hingga syok dan kematian. Komplikasin pada janin berhubungan dengan akut atau kronisnya insufiensi uteroplasenta, misalnya pertumbuhan janin terhambat dan prematuritas.


DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. 2001, Media Aesculapius FKUI, Jakarta.
Sastra Winarta Sulaiman. Bagian Obstretri dan Ginekologi. Obstretri Fisiologi. 1983. Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Bandung.
Irene. MB Abak, dkk. Maternity Nursing, edisi
Winkjo Sastro, Hanafiah. Ilmu Kebidanan. 1992 ,Jakarta
Manuaba, Ida Bagus Gede. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan. Penerbit. Bukan Kedokteran. 1998, EGC, Jakarta.
JNPKKR-POGI. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. 2002, Jakarta.


JURNAL
PRE EKLAMSI DAN EKLAMSI

1.        Pengertian
Pre eklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai kejang dan/atau koma yang timbul bukan akibat kelainan neurologi (6)
Pre ekalmpsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuri dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Eklampsia adalah preeklamsi yang disertai kejang dan/koma yang timbul bukan akibat kelainan neurology (7)
Menurut kamus saku kedokteran Dorland, preeclampsia adalah toksemia pada kehamilan lanjut yang ditandai oleh hipertensi,edema, dan proteinuria. Eklampsia adalah konvulsi dan koma, jarang koma saja, yang terjadi pada wanita hamil atau dalam masa nifas dengan disertai hipertensi, edema dan atau proteinuria.
2.        Etiologi
Penyebab eklampsi dan pre eklampsi sampai sekarang belum diketahui. Tetapi ada teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab eklampsi dan pre eklampsi yaitu :
1.    Sebab bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion, dan mola hidatidosa.
2.    Sebab bertambahnya frekuensi yang makin tuanya kehamilan
3.    Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus.
4.    Sebab jarangnya terjadi eklampsi pada kehamilankehamilan berikutnya
5.    Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma
6.        Manifestasi klinik
Diagnosis preeklampsia ditegakan berdasarkan adanya dua dari tiga gejala, yaitu pemambahan berat badan yang berlebihan,edema, hipertensi, dan proteinuri.Penambahan berat badan yang berlebihan bila terjadi kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali. Edema terlihat sebagai peningkatan berat badan,pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka.Tekanan darah > 140/90 mmHg atau tekenen sistolik meningkat > 30 mmHg atau tekanan diastolik > 15 mmHg yang di ukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit.
Tekanan diastolik pada trimester kedua yang lebih dari 85 mmHg patut dicurigai sebagai bakat preeklampsia. Proteinuria apabila terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukan +1 atau 2 ;atau kadar protein> 1g /l dalam urin yang dikeluarkan dengan kateter atau porsi tengah, diambil minimal 2 x dengan jarak waktu 6 jam.
Disebut preeklampsia berat bila ditemukan gejaka berikut :
1.    Tekanan darah sistolik > 160 mmHg atau diastolik > 110 mmHg.
2.    Proteinuria +> 5 g/24 jam atau > 3 pada tes celup.
3.    Sakit kepala hebat atau gangguan penglihatan.
4.    Nyeri epigastrium dan ikterus.
5.    Edema paru atau sianosis.
6.    Trombositopenia dan
7.    Pertumbuhan janin terhambat.
Diagnosis eklampsia ditegakkan berdasarkan gejala-gajala preeklampsia disertai kejang atau koma. Sedangkan, bila terdapat gejala preeklampsia berat dusertai salah satu atau beberapa gejala dari nyeri kepala hebat , gangguan visus, muntah-muntah, nyeri epigastrium dan keneikan tekanan darah yang progresif, dikatakan pasien tersebut menderita impending preeklampsia. Impending preeklampsia ditangani dengan kasus eklampsia.
8.        Patofisiologi 
Patofisiologi preeklampsia-eklampsia setidaknya berkaitan dengan perubahan fisiologi kehamilan. Adaptasi fisiologi normal pada kehamilan meliputi peningkatan volume plasma darah, vasodilatasi, penurunan resistensi vaskular sistemik systemic vascular resistance (SVR), peningkatan curah jantung, dan penurunan tekanan osmotik koloid Pada preeklampsia, volume plasma yang beredar menurun, sehingga terjadi hemokonsentrasi dan peningkatan hematokrit maternal. Perubahan ini membuat perfusi organ maternal menurun, termasuk perfusi ke unit janin-uteroplasenta. Vasospasme siklik lebih lanjut menurunkan perfusi organ dengan menghancurkan sel-sel darah merah, sehingga kapasitas oksigen maternal menurun. Vasopasme merupakan sebagian mekanisme dasar tanda dan gejala yang menyertai preeklampsia. Vasopasme merupakan akibat peningkatan sensitivitas terhadap tekanan darah, seperti angiotensin II dan kemungkinan suatu ketidakseimbangan antara prostasiklin prostagladin dan tromboksan A2. Peneliti telah menguji kemampuan aspirin (suatu inhibitor prostagladin) untuk mengubah patofisiologi preeklampsia dengan mengganggu produksi tromboksan. Investigasi pemakaian aspirin sebagai suatu pengobatan profilaksis dalam mencegah preeklampsia dan rasio untung-rugi pada ibu dan janin.
Selain kerusakan endotelil, vasospsme arterial turut menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler. Keadaan ini meningkatkan edema dan lebih lanjut menurunkan volume intravaskular, mempredisposisi pasien yang mengalami preeklampsia mudah menderita edema paru. Preeklampsia ialah suatu keadaan hiperdinamik dimana temuan khas hipertensi dan proteinurea merupakan akibat hiperfungsi ginjal. Untuk mengendalikan sejumlah besar darah yang berfungsi di ginjal, timbul reaksi vasospasme ginjal sebagai suatu mekanisme protektif, tetapi hal ini akhirnya akan mengakibatkan proteinuria dan hipertensi yang khas untuk preeklampsia. Hubungan sistem imun dengan preeklampsia menunjukkan bahwa faktor-faktor imunologi memainkan peran penting dalam perkembangan preeklampsia. keberadaan protein asing, plasenta atau janin bisa membangkitkan respons imunologis lanjut.
9.        Klasifikasi Pre eklampsia 
Pre eklampsia digolongkan ke dalam Pre eklampsia ringan dan Pre eklampsia berat dengan gejala dan tanda sebagai berikut:
1.    Pre eklampsia Ringan 
1.        Tekanan darah sistole 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan interval pmeriksaan 6 jam.
2.        Tekanan darah diastole 90 atau kenaikan 15 mmHg dengan interval pmeriksaan 6 jam.
3.        Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu. Edema umum, kaki, jari tangan dan muka.
4.        Proteinuria 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif 1 sampai 2 pada urin kateter atau urin aliran pertengahan.

5.    Pre eklampsia Berat
Diagnosa PEB ditegakkan apabila pada kehamilan >20 minggu didapatkan satu/lebih gejala/tanda di bawah ini: 
1.        Tekanan darah 160/110 mmHg 
1.        Ibu hamil dalam keadaan relaksasi (pengukuran tekanan darah minimal setelah istirahat 10 menit).
2.        Ibu hamil tidak dalam keadaan his. 
1.         Oigouria, urin kurang dari 500 cc/24 jam. 
2.         Poteinuria 5 gr/liter atau lebih atau 4+ pada pemeriksaan secara kuantitatif.
3.         Terdapat edema paru dan sianosis. 
4.         Gangguan visus dan serebral. 
5.         Keluhan subjektif
1.        Nyeri epigastrium 
2.        Gangguan penglihatan 
3.        Nyeri kepala
4.        Gangguan pertumbuhan janin intrauteri.
5.        Pemeriksaan trombosit (Manuaba, 1998) 
6.        Pencegahan kejadian Pre eklampsia dan eklampsia
  Pre eklampsia dan eklampsia merupakan komplikasi kehamilan ynag berkelanjutan dengan penyebab yang sama. Oleh karena itu, pencegahan atau diagnosis dini dapat mengurangi kejadian dan menurunkan angka kesakitan dan kematian. Untuk mencegah kejadian Pre eklampsia ringan dapat dilakukan nasehat tentang dan berkaitan dengan: 
1.    Diet-makanan 
          Makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin dan rendah lemak. Kurangi garam apabila berat badan bertambah atau edema. Makanan berorientasi pada empat sehat lima sempurna. Untuk meningkatkan jumlah protein dengan tambahan satu butir telur setiap hari.
2.    Cukup istirahat 
          Istirahat yang cukup pada saat hamil semakin tua dalam arti bekerja seperlunya disesuaikan dengan kemampuan. Lebih banyak duduk atau berbaring kearah kiri sehingga aliran darah menuju plasenta tidak mengalami gangguan. 
3.                                Pengawasan antenatal (hamil) 
Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim segera datang ke tempat pemeriksaan. Keadaan yang memerlukan perhatian: 
1.        Uji kemungkinan Pre eklampsia: 
1.        Pemeriksaan tekanan darah atau kenaikannya 
2.        Pemeriksaan tinggi fundus uteri 
3.        Pemeriksaan kenaikan berat badan atau edema 
4.        Pemeriksaan protein dalam urin 
5.        Kalau mungkin dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal, fungsi hati, gambaran darah umum dan pemeriksaan retina mata. 
6.        Penilaian kondisi janin dalam rahim. 
1.        Pemantauan tinggi fundus uteri 
2.        Pemeriksaan janin: gerakan janin dalam rahim, denyut jantung janin, pemantauan air ketuban 
3.        Penanganan Pre eklampsia 
1.    Penanganan Pre eklampsia Ringan 
          Penanganan Pre eklampsia bertujuan untuk menghindari kelanjutan menjadi eklampsia dan pertolongan kebidanan dengan melahirkan janin dalam keadaan optimal dan bentuk pertolongan dengan trauma minimal. Jika pre-eklamsinya bersifat ringan, penderita cukup menjalani tirah baring di rumah, tetapi harus memeriksakan diri ke dokter setiap 2 hari. Jika perbaikan tidak segera terjadi, biasanya penderita harus dirawat dan jika kelainan ini terus berlanjut, maka persalinan dilakukan sesegera mungkin.
          Pada Pre eklampsia ringan penanganan simptomatis dan berobat jalan dengan memberikan :
1.        Sedativa ringan 
2.        Obat penunjang
3.        Nasehat 
1.        Lebih banyak istirahat baring penderita juga dianjurkan untuk berbaring miring ke kiri sehingga tekanan terhadap vena besar di dalam perut yang membawa darah ke jantung berkurang dan aliran darah menjadi lebih lancar.
2.        Segera datang memeriksakan diri, bila tedapat gejala sakit kepala, mata kabur, edema mendadak atau berat badan naik. Pernafasan emakin sesak, nyeri ulu hati, kesadaran makin berkurang, gerak janin berkurang, pengeluaran urin berkurang.
4.        Jadwal pemeriksaan hamil dipercepat dan diperketat. 
Petunjuk untuk segera memasukkan penderita ke rumah sakit atau merujuk penderita :
1.        Bila tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih 
2.        Protein dalam urin 1 plus atau lebih
3.        Kenaikan berat badan ½ kg atau lebih dalam seminggu 
4.        Edema bertambah dengan mendadak 
5.        Terdapat gejala dan keluhan subjektif. 
          Bila keadaan ibu membaik dan tekanan darah dapat dipertahankan 140-150/90-100 mmHg, tunggu persalinan sampai aterm sehingga ibu dapat berobat jalan dan anjurkan memeriksakan diri tiap minggu. Kurangi dosis obat hingga tercapai dosis optimal. Bila tekanan darah sukar dikendalikan, berikan kombinasi obat. Tekanan darah tidak boleh lebih dari 120/80 mmHg. Tunggu pengakhiran kehamilan sampai 40 minggu, kecuali terdapat pertumbuhan terhambat, kelainan fungsi hepar/ginjal, dan peningkatan proteinuria. Pada kehamilan >37 minggu dengan serviks matang, lakukan induksi persalinan. Persalinan dapat dilakukan spontan atau dipercepat dengan ekstraksi. 
6.    Penanganan Pre eklampsia Berat
Penderita diusahakan agar : 
1.        Terisolasi sehingga tidak mendapat rangsangan suara ataupun sinar.
2.        Dipasang infus glukosa 5%
3.        Dilakukan pemeriksaan: 
1.        Pemeriksaan umum: pemeriksaan TTV tiap jam
2.        Pemeriksaan kebidanan: pemeriksaan denyut jantung janin tiap 30 menit, pemeriksaan dalam (evaluasi pembukaan dan keadaan janin dalam rahim). 
3.        Pemasangan dower kateter 
4.        Evaluasi keseimbangan cairan 
5.        Pemberian MgsO4 dosis awal 4 gr IV selama 4 menit 
6.        Setelah keadaan Pre eklampsia berat dapat diatasi, pertimbangan mengakhiri kehamilan berdasarkan :
1.        Kehamilan cukup bulan 
2.        Mempertahankan kehamilan sampai mendekati cukup bulan 
3.        Kegagalan pengobatan, kehamilan diakhiri tanpa memandang umur.
4.        Merujuk penderita ke rumah sakit untuk pengobatan yang adekuat. 
          Mengakhiri kehamilan merupakan pengobatan utama untuk memutuskan kelanjutan Pre eklampsia menjadi eklampsia. 
5.        Diet Komplikasi Kehamilan Pre Eklampsia dan Eklamsia 
1.    Tujuan Diet 
1.        Mencapai dan mempertahankan status gizi normal 
2.        Mencapai dan mempertahankan tekanan darah normal 
3.        Mencapai keseimbangan nitrogen 
4.        Menjaga agar penambahan berat badan tidak melebihi normal 
5.        Mengurangi/mencegah timbulnya penyulit baru saat khamilan /setelah melahirkan
6.    Syarat Diet 
1.        Energi dan semua zat gizi cukup. Dalam keadaan berat, makanan diberikan secara berangsur-angsur, sesuai dengan kemampuan pasien menerima makanan. Penambahan energi tidak lebih dari 300 kkal dari makanan atau diet sebelum hamil.
2.        Garam diberikan rendah sesuai dengan berat-ringannya retensi garam atau air. Penambahan berat badan diusahakan < 3 kg/bulan atau di bawah 1 kg/minggu.
3.        Protein tinggi (1 ½ g/kg berat badan)
4.        Lemak sedang, sebagian berupa lemak tak jenuh tunggal dan lemak tak jenuh ganda
5.        Vitamin cukup; vitamin C dan B6 diberikan sedikit lebih tinggi
6.        Mineral cukup terutama kalsium dan kalium
7.        Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan makan pasien 
8.        Cairan diberikan 2500 ml sehari. Pada keadaan oliguria, cairan dibatasi dan disesuaikan dengan cara yang keluar melalui urin, muntah, keringat, dan pernafasan

DAFTAR PUSTAKA

Brudenell, Michael. 1996. Diabetes pada Kehamilan. Jakarta : EGC
Cunningham, F. Gary [et.al..]. 2005. Obstetri Williams. Jakarta : EGC
Gray, Huon H [et.al..]. 2009. Kardiologi. Jakarta : Penerbit Erlangga
Harrison . 1999. Prinsip – Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP – SP

Mansjoer A,et al. 2001. Kapita Selekta. Jakarta : Penerbit Media Aesculapius FKUI

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright 2009 Embung Kebidanan. All rights reserved.
Bread Machine Reviews | watch free movies online by Blogger Templates