A. Definisi
Solusio plasenta
adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang
normal pada uterus sebelum janin dilahirkan. Pada kehamilan dengan masa gestasi
diatas 22 minggu/ berat janin diatas 500 gr (saifuddin,2007)
Abrupsio plasenta adalah
pemisahan prematur plasenta yang terimplantasi normal di dalam dinding uterus,
yang mengakibatkan perdarahan retroplasenta setelah gestasi minggu ke-20 dan
sebelum janin dilahirkan (Walsh, 2008).
sulosio
plasenta adalah lepasnya plasenta dari insersi sebelum waktunya (FKUI.2001).
B. Klasifikasi
solusio plasenta
1.
Solusio plasenta ringan :
terlepasnya sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak akan menyebabkan
perdarahan pervaginam berwarna kehitaman dan sedikit perut agak terasa sakit
atau terus – menerus agak tegang. Bagian janin masih mudah teraba
2.
Solusio plasenta sedang :
plasenta telah terlepas lebih dari seperempat.tanda dan gejala dapat timbul
perlahan/ mendadak dengan gejala sakit perut terus – menerus lalu terjadi
perdarahan pervaginam. Dinding uterus terasa tegang terus – menerus dan nyeri
tekan. Sehingga bagian janin sukar diraba,telah ada tanda persalinan.
3.
Sulosio plasenta berat : plasenta terlepas
lebih dari dua pertiga permukaannya penderita jatuh sock dan janinnya telah
meninggal. Uterus sangat tegang, nyeri, perdarahan pervaginam, adanya kelainan
pembekuan darah dan kelainan ginjal
C. Etiologi
Belum
diketahui pasti faktor disposisi yang mungkin ialah hipertensi kronik.Trauma
eksternal, tali pusat pendek, dekompresi uterus mendadak, anomali atau tumor
uterus. Defisiensi gizi, merokok, konsumsi alkohol, penyalahgunaan kokain,
D. Tanda
dan Gejala
·
Perdarahan
·
Nyeri intermiten/ menetap
·
Warna darah kehitaman dan
cair
·
Bila ostium terbuka terjadi
perdarahan dengan warna merah segar
·
Nyeri tekan uterus
·
Gawat janin
·
Persalinan premature.
·
Kontraksi berfrekuensi
tinggi
·
Kematian janin (saifuddin, 2007)
E. Patofisiologi
Terjadinya sulosio
plasenta dipicu oleh perdarahan di dalam desidua
basalis yang kemudian terbelah dan meninggalkan lapisan tipis yang melekat pada
miometrium sehingga terbentuk hematoma desidua yang menyebabkan : pelepasan,
kompresi, dan akhirnya penghancuran plasenta yang berdekatan dengan bagian
tersebut.Ruptur pembuluh arteri spiralis desidua menyebabkan hematoma
retroplasenta yang akan memutuskan lebih banyak pembuluh darah,
sehingga pelepasan plasenta makin luas dan mencapai tepi plasenta.karena uterus
tetap berdestensi dengan adanya janin. Uterus
tidak mampu berkontaraksi optimal untuk menekan pembulu drah
tersebut.Selanjutnya darah yang mengalir keluar dapat melepaskan selaput
ketuban
Harus dilakukan dirumah sakit dengan fasilitas
operasi sebelum dirujuk,anjurkan pasien tirah baring total dengan
menghadap kekiri, tidak melakukan senggama, menghindari
peningkatan tekanan rongga perut. (misalnya : batuk mengedan, karna
sulit BAB)
Terapi ( Kolaborasi dengan Dokter Obgyn )
1. Terapi
Konservatif (ekspektatif)
a.
Resusitasi cairan:memperbaiki hipovolemi atau
mengatasi syok dan anemia
b.
Darah (harus diberikan darah secepatnya untuk
menghindari syok dan Anemia.
c.
Cairan : berikan cairan Nacl, RL
d.
Obat antihipertensi yg membantu pembuluh darah
tetap terbuka, obat – obatan kortikosteroid (untuk antiinflamasi, mencegah
retensi Na dan mempertahankan ketahanan kapiler)
2. Terapi
Aktif
Prinsipnya melakukan tindakan agar anak segera
dilahirkan dan perdarahan berhenti, misalnya dengan operatif obstetrik.
Langkah-langkahnya :
a. Amniotomi dan pemberian oksitosin kemudian
diawasi serta pimpin partus spontan.
b. Bila pembukaan sudah lengkap atau hampir
lengkap dan kepala sudah turun sampai Hodge III – IV , maka bila janin hidup,
lakukan ekstraksi vakum atau forsep, tetapi bila janin meninggal, lakukanlah
embriotomi.
c. Seksio
sesarea biasanya dilakukan pada:
DAFTAR PUSTAKA
Kandungan dan KB untuk pendidikan bidan”
Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba, SpOG, 2004
“ Ilmu kebidanan penyakit
Prof. Rustam Mochtar, 2004. MPH,Sinopsis
Obstetri Jilid I.
Sarwono Prawiroharjo, Jakarta,2005 “Ilmu Kebidanan”
Yayasan Bina
Pustaka. Jakarta.
Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal, Penerbit
Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi bekerjasama dengan JH.
PIEGO (MNH) dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 2004.
Sarwono Prawiroharjo, Jakarta,2007 “Pelayanan
Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Yayasan Bina Pustaka.
Jakarta.
Solusio Plasenta
DEFINISI
Solusio
plasenta (abrubtio plasenta) adalah terlepasnya plasenta dari tempat
implantasinya yang normal dari uterus sebelum janin dilahirkan.( Saefuddin
AB,2006).
Solusio
plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada fundus
uteri/korpus uteri sebelum janin lahir (PB POGI,1991).
Solusio
plasenta adalah lepasnya plasenta dari insersi sebelum waktunya. (Mansjoer
dkk,2001).
Solusio
plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada
uterus sebelum janin dilahirkan. Yang terjadi pada kehamilan 22 minggu atau
berat janin di atas 500 gr (Rustam 2002 ).
Solusio
plasenta adalah lepasnya plasenta dari tempat implantasinya pada korpus uteri
sebelum bayi lahir. Dapat terjadi setiap saat dalam kehamilan. Terlepasnya
plasenta dapat sebagian atau parsialis, seluruhnya atau totalis, dan hanya
ruptur pada tepinya atau ruptur sinus marginalis. (dr.Handaya dkk).
Solusio
plasenta adalah suatu keadaan dalam kehamilan viabel dimana plasenta yang
tempat implantasinya normal ( pada fundus atau korpus )terkelupas atau terlepas
sebelum kala III (Achadiat,2004).
Solusio
plasenta ( abruptio plasenta) adalah pelepasan sebagian atau keseluruhan
plasenta dari uterus selama kehamilan dan persalinan (Chapman V,2003).
INSIDENSI
Berkisar 1 %- 2 % dari seluruh
kehamilan ( AAFP,2001).
Diperkirakan resiko kematian ibu
0,5 % - 5 % dan kematian janin 50%-80%.
( Mansjoer.2001)
ETIOLOGI
Penyebab Solusio plasenta belum diketahui secara
pasti. Namun, beberapa peneliti menyebabkan sebab-sebab solusio
plasenta antara lain :
a. Adanya
trauma langsung terhadap uterus saat kehamilan, seperti :
Terjatuh
terutama tertelungkup.
Tendangan
anak yang sedang digendong
Trauma
lamgsung lainnya.
b. Adanya
trauma kebidanan, yaitu
Setelah
versi luar
Setelah
memecahkan ketuban
Persalinan
kedua hamil kembar.
c. Sementara
itu pasien yang memiliki resiko tinggi atau memiliki faktor predisposisi
terjadinya solusio plasenta adalah :
Ibu
hamil dengan tali pusat pendek
Hipertensi
dalam kehamilan ( Preeklampsia dan eklampsia).
Multiparitas
Primi
tua
Merokok
( perokok aktif)
Tekanan
vena kava inferior yang tinggi
Malnutrisi
dan asam folat
KLASIFIKASI
Solusio plasenta diklasifikasikan menjadi
beberapa tipe :
Berdasarkan
gejala klinik yang ditimbulkan
1. Kelas 0 :
Asimptomatik
Diagnosis ditegakkan secara retrospektif dengan
menemukan hematoma atau daerah yang mengalami pendesakan pada plasenta. Ruptur
sinus marginalis dimasukkan dalam kelompok ini.
2. Kelas 1 :
Gejala klinis ringan dan terdapat hampir 48 % kasus.
Gejala meliputi dari tidak adanya perdarahan
pervaginam sampai perdarahan pervaginam ringan, uterus sedikit tegang tekanan
darah dan denyut jantung maternal normal, tidak ada koagulopati, dan tidak
ditemukan tanda tanda fetal distress.
3. Kelas 2 :
Gejala klinik sedang dan terdapat hampir 27 % kasus.
Perdarahan vaginam bisa ada atau tidak ada
: ketegangan uterus sedang sampai berat dengan kemungkinan kontraksi
tetanik, takikardi maternal dengan perbuahan ortostatik tekanan darah dan
denyut jantung, dan terdapat fetal distress dan hipofibrinogenemi ( 150-250 mg/dl).
4. Kelas 3 :
Gejala berat yang terdapat hampir 24 % kasus.
Perdarahnan pervaginam dari tidak ada sampai
berat, uterus tetanik dan sangat nyeri , syok maternal, hipofibrinogenemi (
> 150 mg/dl ), koagulopati, serta kematian janin.
Berdasrkan
ada atau tidaknya perdarahan pervaginam
1. Solusio
plasenta yang nyata atau tampak ( revealed )
Terjadinya perdarahan pervaginam, gejala klinis
sesuai dengan jumlah kehilangan dengan jumlah kehilangan darah, tidak terdapat
dan ketegangan uterus atau hanya ringan.
2. Solusio
plasenta yang tersembunyi ( concealed )
Tidak terdapat perdarahan pervaginam , uterus
tegang dan hipertonus, sering terjadi fetal distress berat. Tipe ini sering
disebut perdarahan retroplasenta.
3. Solusio
Plasenta tipe campuran ( mixed )
Terjadinya perdarahan baik
retroplasental atau pervaginam. Uterus tetanik.
Berdasakan
jumlah perdarahan yang terjadi :
1. Solusio
plasenta ringan
Perdarahan pervaginam < 100 ml.
2. Solusio
plasenta sedang
Perdarahan pervaginam 100-500 ml,
hipersensitivitas uterus atau peningkatan tonus, syok ringan , dapat terjadi
fetal distress.
3. Solusio
Plasenta Berat.
Perdarahan pervaginam luas > 500 ml, uterus
tetanik, syok maternal, sampai kematian janin dan koagulopati.
Berdasrkan
luas nya bagian plasenta yang terlepas dari uterus
1. Solusio
plasenta Ringan
Plasenta yang kurang dari ¼ bagian plasenta yang
lepas perdarahan <250 ml.
2. Solusio
plasenta Sedang
Plasenta yang terlepas ¼ - ½ bagian. Perdarahan
< 1000 ml, uterus tegang dan terdapat fetal distress akibat insufisiensi
uteroplasenta.
3. Solusio
Plasenta berat
Plasenta yang terlepas . ½ bagian, perdarahan
> 1000 ml terdapat fetal distress sampai dengan kematian janin, syok
maternal,dan koagulopati.
Trijatmo
Rachimhadhi membagi solusio plasenta menurut derajat pelepasan plasenta
1. Solusio
plasenta totalis, plasenta terlepas seluruhnya.
2. Solusio
plasenta partialis, plasenta terlepas sebagian.
3. Ruptura
sinus marginalis, sebagian kecil pinggir plasenta yang terlepas
PATOFISIOLOGI
Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah
plasenta atau uterus yang membentuk hematoma di desidua, sehingga plasenta
terdesak dan akhirnya terlepas. Perdarahan berlangsung terus menerus karena
otot uterus yang telah merenggang dan tidak mampu berkontraksi untuk
menghentikan perdarahan. Akibatnya hematoma retroplasenter akan bertambah
besar, sehingga sebagian dan akhirnya seluruh plasenta terlepas dari dinding
uterus .
Sebagian darah akan masuk kebawah selaput
ketuban dan keluar melalui vagina atau menembus selaput ketuban masuk kedalam
kantong ketuban, atau ekstravasasi diantara serabut-serabut otot uterus.
Apabila ekstravasasinya berlangsung hebat, seluruh permukaan uterus akan
berwarna biru atau unggu dan sangat tegang serta nyeri. Hal ini di sebut uterus
couvelaire.
Keadaan
janin tergantung dari luasnya plasenta yng terlepas dari dinding uterus.
Apabila sebagian besar atau seluruhnya terlepas, akan terjadi onoksia sehingga
mengakibatkan kematian janin. Apabila sebagian kecil terlepas, mungkin tidak
berpengaruh sama sekali, atau juga akan mengakibatkan gawat janin. Waktu,
sangat ,menentukan beratnya ganguan pembekuan darah,kelainan ginjal, dan
keadaan janin. Makin lama penanganan solusio plasenta sampsi persalinan
selesai, umumnya semakin hebat komplikasinya.
GAMBARAN
KLINIS
Solusio
plasenta ringan
Salah satu tanda kecurigaan solusio
plasenta adalah perdarahan pervaginam yang kehitam-hitaman, berbeda dengan
perdarahan plasenta previa yang berwarna merah segar.
Solusio
plasenta sedang
Plasenta telah terlepas 1/4 -1/2
bagian.
Walaupun perdarahan perdarahan
pervaginam tampak sedikit, seluruh perdarahanya mungkin telah mencapai 1000 ml.
Dinding uterus teraba tegang
terus-menerus dan nyeri tekan sehingga bagian janin sukar teraba.
Apabila janin masih hidup bunyi
jantungnya sulit terdengar dengan stetoscop biasa harus dengan stetocop
ultrasonik.
Tanda-tanda persalinan biasanya
telah ada, dan persalinan akan selesai dalam 2 jam.
Kelainan pembekuan darah dan
kelainan ginjal mungkin telah terjadi, walupun biasanya terjadi pada solusio
plasenta berat.
Solusio
plasenta berat
Plasenta telah terlepas lebihdari
setengan permukaannya.
Dapat terjadi syok, dan janin
meninggal.
Uterus tegang seperti papan dan
sangat nyeri
DIAGNOSIS
Diagnosi
solusio kadang sukar ditegakkan.
penderita
kadang datang dengan gejala klinis:
Perdarahan pervaginam (80%)
Nyeri abdomen atau pinggang dan
nyeri tekan uterus(70%)
Gawat janin (60%)
Kelainan kontraksi ueterus (35%)
Kelahiran prematur idiopatik (25%)
Dan kematian janin (15%)
Syok
yang terajadi kadang tidak sesuai dengan banyak perdarahan .
Pemeriksaan
laboratorium untuk menyingkirkan diagnosis banding solusio plasenta antara lain
:
Hitung sel darah lengkap
Fibrinogen
Waktu protombin/waktu tromboplastin
parsial teraktifasi untuk mengetahui terjadinya DIC
Nitrogen urea / kreatingin dalam
darah
Kleitahauer-betk test untuk
mendeteksi adanya sel darah merah janin di dalam sirkulasi ibu.
Pemeriksaan
penunjang ultrasonogravi (USG) membantu menentukan lokasi plasenta (untuk
menyingkirkan kemungkinan plasenta previa). Saat ini lebih dari 50% pasien yang
di duga mengaalami solusio plasenta dapat teridentifikasi melalui USG.
Hematom
retroplasentar dapat dikenali sekitar 2-15% dari semua solusio plasenta.
Pengenalan hematoma tergantung pada daerah hematoma (besar dan lamanya) serta
keahlian operator.
Penemuan
lain yang mungkin adalah adanya ekstravasasi darah ke miyometrium, yang tambah
sebagai bercak ungu pada tunika serora uterus yang dikenal sebagai uterus
couvelaire.
Pemeriksaan
histologik, setelah plasenta dikeluarkan dapat memperlihatkan hematoma retro
plasentar. Secara klinis diketahui adanya nyeri dan tegang pada uterus.
Diagnosis
banding lain perdarahan pada trimester tiga selain plasenta previa adalah vasa
previa, troma vaginal, serta keganasan (jarang)
KOMPLIKASI
Komplikasi dapat terjadi pada ibu dan janin.
Komplikasi
yang terjadi pada ibu antara lain:
Perdarahan baik antepartum, intrapartum,
maupun post partum
Koagolopati, konsumtif, DIC;
solusio plasenta merupakan penyebab koagolopati konsutif yang tersering pada
kehamilan
Utero renal reflek
Rupture uteri
Komplikasi
yang terjadi pada janin
Hipoksia, anemi, retardasi
pertumbuhan, kelainan sistem syaraf pusat dan kematian janin.
PENATALAKSANAAN
Tujuan
utama penatalaksanaan ibu dengan solusio plasenta, pada prinsipnya adalah :
1) Mencegah
kematian ibu
2) Menghentikan
sumber perdarahan
3) Jika janin
masih hidup,mempertahankan dan mengusahakan janin lahir hidup
Prinsip
utama penatalaksanaannya antara lain :
1) Pasien
(ibu) dirawat dirumah sakit, istirahat baring dan mengukur keseimbangan cairan
2) Optimalisasi
keadaan umum pasien (ibu), dengan perbaikan: memberikan infuse dan transfuse
darah segar
3) Pemeriksaan
laboratorium : hemoglobin, hematokrit, COT(Clot Observation Test/test pembekuan
darah), kadar fibrinogen plasma, urine lengkap, fungsi ginjal
4) Pasien
(ibu) gelisah diberikan obat analgetika
5) Terminasi
kehamilan : persalina segera, pervaginam atau section sesarea. Yang tujuannya
adalah untuk menyelamatkan nyawa janin dan dengan lahirnya plasenta, berjutuan
agar dapat menghentikan perdarahan.
6) Bila
terjadi gangguan pembekuan darah (COT >30 menit) diberikan darah segar dalam
jumlah besar dan bila perlu fibrinogen dengan monitoring berkala pemeriksaan
COT dan hemoglobin
7) Untuk
mengurangi tekanan intrauterine yang dapt menyebabkan nekrosis ginjal (reflek
utero ginjal) selaput ketuban segera dipecahkan
Yang perlu diketahui oleh semua bidan yaitu
penanganan di tempat pelayanan kesehatan tingkat dasar ialah mengatasi
syok/pre-syok dan mempersiapkan rujukan sebaik-baiknya dan secepat-cepatnya.
Mengingat komplikasi yang dapat terjadi yaitu
perdarahan banyak dan syok berat hingga kematian,atonia uteri,kelainan
pembekuan darah dan oliguria. Maka sikap paling utama dari bidan dalam
menghadapi solusio plasenta adalah segera melakukan rujukan ke rumah sakit.
a. Tindakan
gawat darurat
Bila keadaan umum pasien menurun secara
progresif atau separasi plasenta bertambah luas yang manifestasinya adalah :
Perdarahan
bertambah banyak
• Uterus
tegang dan atau fundus uteri semakin meninggi
• Gawat
janin
maka hal tersebut menunjukkan keadaan
gawat-darurat dan tindakan yang harus segera diambil adalah memasang infus dan
mempersiapkan tranfusi.
B. Terapi Ekspektatif
Pada umumnya bila berdasarkan gejala klinis
sudah diduga adanya solusio plasenta maka tidak pada tempatnya untuk melakukan
satu tindakan ekspektatif.
C. Persalinan Pervaginam
Indikasi persalinan pervaginam adalah bila
derajat separasi tidak terlampau luas dan atau kondisi ibu dan atau anak baik
dan atau persalinan akan segera berakhir.
Setelah diagnosa solusio plasenta ditegakkan
maka segera lakukan amniotomi dengan tujuan untuk :
• Segera
menurunkan tekanan intrauterin untuk menghentikan perdarahan dan mencegah
komplikasi lebih lanjut (masuknya thromboplastin kedalam sirkukasi ibu yang
menyebabkan DIC)
• Merangsang
persalinan ( pada janin imature, tindakan ini tak terbukti dapat merangsang
persalinan oleh karena amnion yang utuh lebih efektif dalam membuka servik)
• Induksi
persalinan dengan infuse oksitosin dilakukan bila amniotomi tidak segera
diikuti dengan tanda-tanda persalinan.
D. Seksio Sesaria
Indikasi seksio sesar dapat dilihat dari sisi
ibu dan atau anak Tindakan seksio sesar dipilih bila persalinan diperkirakan
tak akan berakhir dalam waktu singkat, misalnya kejadian solusio plasenta
ditegakkan pada nulipara dengan dilatasi 3 – 4 cm. Atas indikasi ibu
maka janin mati bukan kontraindikasi untuk melakukan tindakan seksio sesar pada
kasus solusio plasenta.
Penatalaksanaan
Asuhan Ibu Di Kamar Bersalin
Bidan
yang bertugas di kamar bersalin rumah sakit/rumah bersalin dalam menghadapi
pasien (ibu) dengan solusio plasenta, dapat melakukan tindakan-tindakan sebagai
berikut:
a. Observasi
keadaan umum ibu sebelum partus/persalinan:
Ukur tekanan darah, nadi,
pernafasan setiap ¼ jam sekali.
Pemberian oksigen sesuai kebutuhan.
Mengukur banyaknya keluarnya
pendarahan yang keluar, periksa hemoglobin.
Pasang infus sesuai keadaan umum
ibu.
Penyediaan darah secepatnya,
sebaiknya darah segar dengan jumlah yang telah di perhitungkan dengan perkiraan
kehilangan darah.
Minta ijin operasi.
Dilakukan pemeriksaan tes pembekuan
darah (COT: Clot Observision Test).
Observasi kemajuan partus atau
persalinan.
b. Observasi
keadaan umum ibu sesudah partus/persalinan, yang bertujuan untuk:
Mencegah agar tidak perdarahan
pasca persalinan (Hemoragin postpartum/HPP),dengan:
Memasang
folley kateter (kolaborasi).
Memasang
gurita untuk penegakan pada fundus uteri.
Mencegah infeksi.
0 komentar:
Posting Komentar